Homonimi berasal dari bahasa Yunani homo dan onoma. Onoma berarti ‘nama’ dan homo berarti ‘sama’. Homonimi merupakan relasi makna antarkata yang ditulis sama dan/atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda. Sebagai contoh kata bisa yang terdapat dalam kalimat berikut.
1. Ular cobra memiliki bisa yang dapat menyebabkan kematian.
2. Aldi bisa mengerjakan semua soal ulangan.
Pada kalimat (1) dan (2) terdapat dua unsur yang sama bentuknya (baik tulisan maupun bunyinya), namun memiliki arti leksikal yang berbeda, yaitu kata bisa. Bisa pada kalimat (1) berarti ‘racun’; sedangkan bisa pada kalimat (2) berarti ‘dapat’.
Selain homonimi ada pula bentuk homograf dan homofon. Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisan sama, tetapi lafal dan makna leksikalnya berbeda. Sebagai contoh adalah kata tahu yang dapat berarti (1) ‘makanan’ dan juga (2) ‘paham; mengerti’. Kata tahu merupakan bentuk homograf, yaitu kata-kata yang ditulis sama tetapi dilafalkan berbeda dan arti leksikalnya juga berbeda.
Homofon adalah kata-kata yang dilafalkan sama tetapi cara penulisan dan arti leksikalnya berbeda. Contohnya adalah kata masa yang berarti ‘waktu’ dan massa yang berarti ‘jumlah besar yang menjadi satu kesatuan’. Kedua kata ini dilafalkan sama tapi cara penulisan dan arti leksikalnya berbeda. Contoh lain adalah kata sangsi yang berarti ‘ragu’ dan sanksi yang berarti ‘tindakan-tindakan, hukuman’, juga merupakan bentuk homofoni.
Berdasarkan proses pembentukannya, homonimi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Homonimi yang terbentuk karena kedua kata berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan.
Contoh: kali.
Kata kali memiliki dua makna, yaitu ‘kelipatan’ dan ‘sungai’. Kata kali yang berarti ‘kelipatan’ berasal dari bahasa Melayu, sedangkan kata kali yang berarti ‘sungai’ berasal dari bahasa Jawa. Contoh lain adalah kata abang yang berarti ‘kakak laki-laki’ berhomonim dengan kata abang yang berarti ‘merah’ yang berasal dari bahasa Jawa.
2. Homonimi yang terbentuk karena proses afiksasi.
Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas. Dalam hal ini, pasangan homonimi terjadi karena adanya pengimbuhan pada kata dasar. Sebagai contoh adalah kata merapatkan yang berasal dari kata dasar rapat yang mendapat imbuhan me- … -kan. Kata merapatkan yang pertama berarti ‘mempererat, menjadikan rapat’, sedangkan kata merapatkan yang kedua berarti ‘mengajak berapat untuk membicarakan sesuatu atau berunding’.
3. Homonimi yang terbentuk karena penyingkatan.
Sebagai contoh adalah PBB. Singkatan PBB yang pertama merupakan kepanjangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB yang kedua merupakan singkatan dari peraturan baris-berbaris, dan yang ketiga merupakan singkatan dari pajak bumi dan bangunan.
4. Homonimi yang terbentuk karena gejala bahasa.
Gejala bahasa dalam pembentukan homonimi meliputi gejala penambahan fonem dan gejala penghilangan fonem. Sebagai contoh adalah kata gajih. Kata gajih yang pertama dapat berarti ‘lemak’ dan gajih yang kedua berarti ‘upah kerja yang dibayar dalam waktu yang tetap’. Arti kata pertama muncul karena kata itu berasal dari kata gaji yang mendapat tambahan fonem /h/ di belakang.