Kejar-mengejar antara Polisi dan Penjambret?

Dalam suatu laporan berita di sebuah media massa cetak, terdapat kalimat sebagai berikut.

(1*) Begitu tahu aksi penjambretan, polisi segera berusaha menangkap pelakunya. Lantas, terjadilah kejar-mengejar seru antara polisi dan penjambret itu.

Adakah yang salah dalam kalimat (*) tersebut? Dari segi struktur, memang tidak ada yang salah. Kalimat tersebut berterima. Namun, dari segi logika bahasa, ada kekeliruan logika dalam kalimat itu. Kekeliruan tersebut akan berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan. Penggunaan kata ulang kejar-mengejar membuat kalimat itu menjadi salah nalar. Kata ulang kejar-mengejar bermakna ‘saling mengejar’. Kalimat (1*) itu bemakna polisi dan penjahat saling mengejar, saling mendahului. Jadi, polisi mengejar penjahat dan penjahat juga mengejar polisi. Bukankah semestinya polisi yang mengejar penjahat?

Bandingkan dengan kalimat berikut.

(2) Anak-anak SD itu kejar-mengejar agar menjadi yang terdepan untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan gurunya.

Kata ulang kejar-mengejar pada kalimat (2) tersebut bermakna ‘saling mengejar’. Penggunaan kata ulang tersebut tepat karena anak-anak itu memang saling mengejar, saling mendahului untuk mendapatkan posisi terdepan sesuai dengan tekadnya untuk memperoleh hadiah yang dijanjikan gurunya.

Nah, kalimat yang bernalar pada kalimat (1)* tersebut seharusnya seperti berikut.

(1) Begitu tahu aksi penjambretan, polisi segera berusaha menangkap pelakunya. Lantas, terjadilah pengejaran seru oleh polisi terhadap penjambret itu. 

Contoh lain kalimat yang tidak bernalar seperti berikut.

(3*) Iring-iringan jenazah itu berangkat menuju pemakaman.

Ketidaknalaran pada kalimat itu terletak pada frasa iring-iringan jenazah. Bukankah jenazah tidak bisa berjalan beriring-iringan? Yang dimaksud tentu pengantar jenazah atau pelayat. Kalimat itu menjadi logis jika diubah sebagai berikut.

(3) Iring-iringan pengantar jenazah itu berangkat menuju pemakaman.

Bandingkan dengan kalimat berikut.

(4) Iring-iringan para pendemo itu berjalan menuju Bundaran Air Mancur dan Simpanglima.

Kata ulang iring-iringan pada kalimat (4) tersebut bermakna ‘saling, banyak’. Dengan demikian kata ulang iring-iringan pada kalimat (4) tepat digunakan karena menggambarkan banyak pendemo yang berjalan saling beriringan berjalan menuju Bundaran Air Mancur dan Simpanglima.

Dengan demikian, dalam berkomunikasi, pengguna bahasa harus menggunakan nalar berbahasa yang benar, bukan?

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kembali ke Atas