Dalam pemakaian sehari-hari, kata mempesona (/p/ tidak luluh) lebih sering dijumpai daripada memesona (/p/ luluh). Hal ini menunjukkan ketidakseragaman bentuk di antara pengguna bahasa. Bila pengguna bahasa terbiasa dengan kata memasang, memergoki, dan memacul, mengapa pengguna bahasa cenderung menggunakan mempesona daripada memesona.
Pendapat yang mendasari bahwa /p/ (dalam mempesona) tidak luluh adalah peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk prefiks per-.
Padahal, kata memesona merupakan bentukan dari:
meng- + pesona à memesona
bukan meng- + per- + sona à mempesona
kata dasarnya adalah pesona bukan sona yang mendapat prefiks per- karena tidak ada kata dasar sona dalam bahasa Indonesia. Bentuk memesona selaras dengan bentuk kata memesan, memendar, memegang, dan memetik. Perhatikan bentukan di bawah ini.
meng- + pesan à memesan
meng- + pendar à memendar
meng- + pegang à memegang
meng- + petik à memetik.
Kata-kata di atas berbeda dengan kata mempertaruhkan, memperbaiki, mempermudah, dan mempelajari yang dibentuk dari :
meng- + per- + taruh + -kan à mempertaruhkan
meng- + per- + baik + -i à memperbaiki
meng- + per- + mudah à mempermudah
meng- + pe- + ajar + -i à mempelajari.
Peluluhan terjadi pada /p/ yang terdapat pada kata dasar. Sementara itu, /p/ yang mengawali kata dasar yang mendapat prefiks per- dan kata dasar dengan gugus konsonan /pr,/ misalnya pada kata program, proses, dan produk, tidak luluh. Demikian juga misalnya gugus konsonan /pl/ pada kata plamir, planing, dan plaster tidak luluh. Dalam masyarakat kata mempraktikkan, memproses, memproduksi, memplamir, memplaning, dan memplester bersaing dengan bentuk memratikkan, memroses, memroduksi, memlamir, memlaning, dan memlester.