Para Ditulis Serangkai atau Terpisah?
Kata para sering kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari. Namun, apakah penggunaannya selama ini telah kita pahami? Bagaimana penulisannya yang tepat, ditulis serangkai atau terpisah? Untuk itu, tiada salahnya jika masalah tersebut kita kupas bersama.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya kita kemukakan beberapa contoh kalimat yang menggunakan kata para,yaitu:
(1) Proposal itu sudah disetujui oleh para ahli.
(2) Ia menaruh para dalam wadah yang telah disiapkannya.
(3) Untuk menyelesaikan masalahnya ia berkonsultasi dengan paranormal.
Perhatikan kata-kata para ahli, para, dan paranormal pada contoh di atas. Penulisannya ada yang serangkai dan terpisah. Kata para pada kalimat (1) mengacu pada kata penyerta yang menyatakan kelompok, yakni kelompok ahli. Para dengan makna ini dapat digunakan untuk mengacu pada kelompok lain, seperti guru, siswa, bupati, preman, dan sebagainya. Pada kalimat (2) para bermakna ‘karet; getah (perca)’. Kemudian, pada kalimat (3) para merupakan bentuk terikat. Para pada paranormal bermakna ‘di seberang atau di atas’. Contoh-contoh di atas memperlihatkan kata para ada yang ditulis terpisah dan ada pula yang ditulis serangkai.
Mengapa para ditulis secara terpisah dan serangkai? Satu hal yang menjadi alasan mengapa ada kata para yang ditulis secara terpisah dan ada yang serangkai adalah karena homonim. Homonim adalah kata yang sama lafal dan ejaannya tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber yang berlainan. Kata para dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki enam definisi. Di atas telah disebutkan tiga definisi. Tiga definisi yang lain adalah ‘kependekan dari parasut’; ‘prajurit dalam kesatuan angkatan udara’; dan ‘rak atau anyaman bambu untuk menaruh barang-barang’ Adanya enam kata para itu menunjukkan bahwa kata tersebut homonim, yakni mengalami gejala sama atau serupa dalam tulisan dan serupa pula dalam ejaan, namun memiliki makna yang berbeda dan tidak saling berkaitan.
Homonimi para tidak seluruhnya merupakan kata yang berdiri sendiri, ada yang berupa bentuk terikat dan ada pula yang berupa bentuk tak terikat. Seperti contoh dalam kalimat sebelumnya, para pada para ahli tidak dapat ditulis serangkai karena bukan bentuk terikat, melainkan pengacuan ke kelompok. Para yang merujuk pada suatu kelompok merupakan kata penyerta. Artinya, kata tersebut harus disertai kata yang lain dan tidak dapat berdiri sendiri, misalnya:
(4) Kami bertugas menyambut para tamu yang hadir.
Para pada kalimat tersebut tidak dapat berdiri sendiri (terikat) dan harus diikuti oleh kata yang dirujuknya. Oleh karena itu, kalimat tersebut tidak dapat diubah menjadi sebagai berikut.
(4a) Kami bertugas menyambut para yang hadir.
Kalimat itu tidak berterima karena para dalam kalimat di atas terikat dengan hal yang dirujuknya dan tidak dapat berdiri sendiri.
Berbeda halnya dengan kalimat berikut ini.
(5) Pendamar menyimpan para dalam wadah tertutup.
Para yang bermakna ‘getah’ dalam kalimat ini bukan bentuk terikat, melainkan kata yang dapat berdiri sendiri. Maknanya tidak berkaitan dengan para pada kalimat sebelumnya. Begitu pula halnya dengan para yang bermakna ‘parasut’, ‘prajurit’, dan ‘rak atau anyaman bambu’. Para jenis ini juga dapat berdiri sendiri, seperti pada contoh kalimat berikut ini.
(6) Setiap penerjun payung membawa para sebagai perlengkapannya.
(7) Komandan memeriksa para di barisan depan.
(8) Ia memajang barang-barang antiknya di atas para.
Ketiga contoh kalimat tersebut menunjukkan bahwa kata para merupakan kata yang dapat berdiri sendiri dan ditulis terpisah.
Berbeda halnya dengan para pada paranormal. Para jenis ini harus ditulis serangkai karena merupakan bentuk terikat. Paranormal memiliki makna ‘tidak dapat dijelaskan secara ilmiah; orang yang mempunyai kemampuan dalam memahami, mengetahui, dan mempercayai hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah’. Untuk itu, penulisannya harus serangkai. Selain paranormal, bentuk terikat para juga melekat pada parakardiak; paradok; dan masih banyak lagi. Itulah alasannya mengapa kata para ada yang ditulis serangkai dan terpisah. Para yang merupakan bentuk terikat ditulis serangkai, sedangkan yang merupakan bentuk tak terikat ditulis terpisah.