Kemampuan Berbahasa Indonesia Masyarakat Buta Aksara di Salatiga
Tahun Penelitian : 2010
Peneliti :
- Dr. Dwi Atmawati, M.Hum.
- Ika Inayati, S.S.
- Agus Sudono, S.S.
- Rukni Setyawati, M.Pd.
Abstrak
Masih ada sebagian masyarakat buta aksara di Salatiga yang kurang atau bahkan sama sekali belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Padahal, bahasa Indonesia di negara Indonesia merupakan bahasa resmi dan bahasa nasional. Sudah semestinya bila semua masyarakat Indonesia bisa berkomunikasi menggunakan bahasa tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai kemampuan berbahasa Indonesia pada masyarakat buta aksara di Salatiga ini dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian survey. Pengambilan datanya menggunakan teknik purposive sampling. Sumber data penelitian ini berasal dari masyarakat buta aksara di Salatiga, baik laki-laki maupun perempuan berusia 40-70 tahun ke atas. Proses pengambilan data direkam dengan MP3 dan tape recorder. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa masyarakat buta aksara di Salatiga ada yang sama sekali belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan ada yang hanya mampu berbahasa Indonesia secara pasif. Setelah mereka mengikuti kelompok belajar, kemampuan membaca, menulis, dan berbahasa Indonesia meningkat. Meskipun begitu, peningkatan kemampuan tersebut tidak sama antara individu yang satu dan yang lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh keinginan, motivasi, dan daya ingat yang menurun karena usia.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia, yaitu: minimnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia, lingkungan hidupnya menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi sehari-hari, kurangnya motivasi untuk belajar, rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh, dan keterbatasan ekonomi.
Kata-kata kunci : bahasa Indonesia, buta aksara, komunikasi, Salatiga.