Pemetaan Bahasa di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
Tahun Penelitian : 2009
Peneliti :
- Umar Solikhan, M.Hum.
- Kahar Dwi Prihantono, S.S.
- Sri Wahyuni, S.S.
- Poetri Mardiana Sasti, S.S.
- Drajat Agus Murdowo, S.S.
Abstrak
Penelitian pemetaan bahasa ini pada dasarnya merupakan lanjutan penelitian pemetaan bahasa tahun-tahun sebelumnya yang tujuan utamanya adalah melengkapi peta bahasa di Jawa Tengah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka hal-hal pokok yang dikerjakan di antaranya menginventarisasi varian bahasa Jawa berupa kosakata dasar dan budaya dasar di wilayah eks-Karesidenan Surakarta dalam bentuk tabulasi, menentukan status isolek-isolek dan hubungan antarisolek yang terdapat pada daerah-daerah pengamatan, dan menggambarkan sebaran geografis isolek-isolek yang ada dalam bentuk peta bahasa.
Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode cakap dengan teknik dasar cakap semuka dan teknik lanjutank rekam dan catat (Lihat Sudaryanto, 1988:8). Selain dengan metode cakap, dalam pengumpulan data ini digunakan juga metode simak dengan menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik Simak Libat Cakap (SLB). Pelaksanaan teknik lanjutan SBLC dan SLB menggunakan teknik rekam dan teknik catat (Sudaryanto, 1988:2).
Penelitian ini menggunakan analisis fonologi untuk mendapatkan gambaran ciri-ciri fonologis daerah-daerah yang menjadi pengamatan dan menggunakan analisis dialektologi untuk penentuan status bahasa, dialek, dan subdialek. Untuk itu, ada dua pendekatan yang akan digunakan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif terutama dilakukan pada analisis fonologi, sedangkan pendekatan kuantitatif difokuskan pada penggunaan metode dialektometri.
Berdasarkan hasil analisis bidang fonologi, baik pada tingkat fonetik maupun fonemis, dapat disimpulkan bahwa bahasa di wilayah eks-Karesidenan Surakarta yang meliputi delapan daerah pengamatan (DP), yaitu Desa Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali; Desa Jatisobo, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar; Desa Jengkrik, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen; Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen; Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri; Desa Sukomangu, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri; Desa Ngabeyan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten; dan Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo mempunyai mempunyai sistem fonologi yang sama dengan sistem fonologi bahasa Jawa yang dianggap stándar. Hal itu disebabkan antara lain bahasa yang menjadi objek penelitian memang berada di sekitar (dekat) wilayah yang memang dianggap sebagai kiblat pemakaian bahasa stándar (baku) bahasa Jawa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
Pada tingkat fonetik, bahasa di wilayah eks-Karesidenan Surakarta mempunyai bentuk dan jumlah vokoid dan kontoid yang sama dengan bentuk dan jumlah vokoid dan kontoid dengan bahasa Jawa standar. Dari hasil analisis fonetik terhadap bunyi-bunyi vokoid pada bahasa di wilayah eks-Karesidenan Surakarta terdapat sepuluh macam bunyi vokoid pada bahasa tersebut, yaitu: (i), (I), (u), (U), (e), (E), (a) (o), (O), dan (|).. Sementara itu dari hasil analisis terhadap bunyi-bunyi kontoid ditemukan 23 macam bunyi kontoid pada bahasa tersebut, yaitu: [ p ],[ ~p ], [ b ], [~ b ], [ t ], [ t] ], [ d ], [ d] ], [ c ], [ j ], [ k ], [ g ], [ ? ], [ s ], [ h ], [ m ], [ n ], [~n ], [ G ], [ l ], [ r ], [ w ], dan [ y ].
Demikian pula pada tingkat fonemik, bahasa di di wilayah eks-Karesidenan Surakarta juga mempunyai bentuk dan jumlah fonem vokal dan konsonan yang sama dengan bahasa Jawa yang dianggap standar. Dari penelitian dan analisis, bahasa di wilayah eks-Karesidenan Surakarta mempunyai enam jenis fonem vokal asli, yaitu: /i/, /e/, /|/, /a/, /u/, dan /o/ dan dua puluh satu jenis konsonan asli, yaitu: /p/, /b/, /t/, /t]/ /d]/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /?/, /h/, /s/, /r/, /l/, /m/, /n/, /~n /, /G/, /y/, /w/.
Berdasarkan kajian bidang dialektologi, dari hasil penghitungan dialektometri dapat dikatakan bahwa dari semua DP yang diperbandingkan hanya terdapat satu kategori hubungan antarisolek yang terdapat di wilayah eks-Karesidenan Surakarta, yaitu tidak ada perbedaan, baik itu perbedaan dialek, subdialek, wicara, maupun perbedaan bahasa. Hal itu mengingat dari penghitungan dialektometri semua DP yang diperbandingkan hasilnya di bawah 20% sehingga semuanya dianggap tidak ada perbedaan sesuai dengan kriteria Guiter (dalam Ayatrohaedi, 1979:31). Gambar peta bahasa yang dihasilkan juga memperlihatkan bahwa semua wilayah yang termasuk dalam daerah pengamatan mempunyai satu warna yang menandakan bahwa penutur-penutur di wilayah tersebut menggunakan bahasa yang sama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah eks-Karesidenan Surakarta hanya terdapat satu pemakaian bahasa, yaitu bahasa Jawa yang hampir bersifat homogen karena secara dialektologis tidak ada perbedaan. Jika digambarkan dalam bentuk peta bahasa, gambaran pemakaian bahasa di wilayah eks-Karesidenan Surakarta tampak sebagai berikut.