Refleksi Ungkapan Bahasa Jawa dalam Tuturan Bahasa Indonesia
Farida, Umi et al. 2009. Refleksi Ungkapan Bahasa Jawa dalam Tuturan Bahasa Indonesia. Penelitian Tim Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, tahun anggaran 2009.
Kata kunci: ungkapan, unen-unen, makna harfiah, makna filosofis.
Abstrak
Budaya Jawa penuh dengan pralambang dan simbol-simbol filosofis. Ajaran tentang etika dan moral yang berhubungan dengan sikap hidup Jawa diwujudkan dalam bentuk yang samar dan tersirat yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya diwujudkan melalui ungkapan atau unen-unen.
Penelitian ini bertujuan menggali ungkapan-ungkapan bahasa Jawa yang masih hidup dan digunakan oleh masyarakat. Berkaitan dengan itu, penelitian ini juga mengungkap refleksi ungkapan bahasa Jawa tersebut dalam konteks sosial budaya yang lebih luas, yakni masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multibudaya. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa hal, yakni menggali makna harfiah dan makna filosofis dalam ungkapan bahasa Jawa, mengungkap fungsi ungkapan Jawa dalam kehidupan masyarakat, latar belakang sejarah/filosofis yang mendasari ungkapan tersebut, pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat, serta kedudukan ungkapan bahasa Jawa tersebut dalam masyarakat dewasa ini. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif-deskriptif. Data penelitian yang digunakan adalah seluruh ungkapan bahasa Jawa dalam tuturan bahasa Indonesia. Sumber data yang diambil adalah media massa cetak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan ekstralingual, yaitu menghubungkan masalah bahasa dengan masalah di luar bahasa. Dengan menggunakan metode ini, objek kajian dianalisis dalam hubungannya dengan konteks situasi dan sosial budaya.
Prinsip hidup masyarakat Jawa mendasarkan kehidupannya ke dalam tiga prinsip filosofi, yakni prinsip kesadaran ber-Tuhan, kesadaran manusia yang beradab, dan kesadaran semesta. Ketiganya terangkum dalam ungkapan-ungkapan bahasa Jawa. Masyarakat Jawa menempatkan kesadaran ber-Tuhan sebagai jiwa bagi prinsip keberadaban manusia dan kesadaran semesta. Kesadaran akan keberadaban manusia melahirkan manusia-manusia yang memiliki kearifan dan berbudi pekerti luhur sehingga terjalinlah kehidupan yang selaras antarsesama manusia dan sikap menghargai terhadap alam.
Ungkapan-ungkapan yang mengandung makna hubungan antara manusia dengan Tuhan merupakan petuah atau tuntunan bagi manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan serta memahami asal dan tujuan hidup.
Ungkapan yang didasari prinsip keberadaban manusia memiliki fungsi yang berbeda-beda, ada yang mengandung tuntunan untuk para pemimpin bangsa agar menjadi pemimpin yang bijaksana, pengayom bagi rakyatnya, dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Ada pula yang mengandung ajaran tentang menjaga keselarasan hidup berumah tangga dan bermasyarakat. Terdapat pula ungkapan yang berfungsi membangkitkan etos kerja dan keikhlasan dalam menjalani hidup. Bagi orang tua, ada ungkapan yang mengandung ajaran agar mendidik anaknya dengan baik serta selalu menjaga sikap dan perilaku karena orang tua adalah teladan bagi anaknya. Adapun ungkapan yang mengatur hubungan manusia dengan alam merupakan tuntunan bagi manusia agar hidup selaras dengan lingkungannya dan memiliki kepekaan sosial.