Penggolongan Sastra Indonesia Lama Berdasarkan Pengaruh Budaya

Share link

Indonesia adalah negara yang ber-Bhineka Tunggal Ika, negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa namun hidup berdampingan dengan harmonis. Setiap suku di Indonesia memiliki hasil kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu hasil kebudayaan tersebut adalah karya sastra. Melalui karya sastra, terutama cerita rakyat, nenek moyang kita mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, seperti adat-istiadat yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan penghargaan kepada alam. Pelajaran tentang nilai-nilai luhur tersebut disampaikan dengan cara yang menarik sehingga pendengar merasa terhibur dan sekaligus mendapatkan pengetahuan.

Hasil sastra di Indonesia, khususnya sastra lama, sangat banyak jumlahnya. Sastra lama ini sebagian besar dipengaruhi oleh kebudayaan daerah setempat dan kebudayaan asing yang sedang berkembang pada masa itu. Berdasarkan pengaruh budaya, sastra Indonesia lama digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:

(1) Sastra tradisional

Sastra tradisional biasa juga disebut dengan sastra rakyat ialah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Cerita ini hidup di kalangan rakyat, biasanya disampaikan secara lisan, sehingga disebut juga sebagai sastra lisan. Ciri sastra tradisional adalah ceritanya sederhana, bersifat istana sentris, dan anonim (tidak diketahui pengarangnya). Ada beberapa jenis karya sastra tradisional, yaitu mantera, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita jenaka, dan cerita pelipur lara.

(2) Sastra Indonesia lama pengaruh Hindu

Agama Hindu merupakan agama yang pertama kali memengaruhi rakyat Indonesia. Pengaruh ini tidak hanya dalam hal kepercayaan saja, tetapi juga dalam hasil-hasil kebudayaan, termasuk karya satra. Hasil sastra Indonesia lama yang mendapat pengaruh Hindu antara lain adalah Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sang Boma, serta Hikayat Kalilah dan Daminah. Hikayat pada umumnya berisi kisah, cerita, dan dongeng tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama. Fungsi hikayat adalah sebagai penghibur, pelipur lara, dan pembangkit semangat juang.

(3) Sastra Indonesia lama pengaruh Islam

Dengan masuknya pedagang Islam ke Indonesia, masyarakat Indonesia mengenal budaya asing yang baru selain Hindu. Nenek moyang kita mulai mengenal sistem perdagangan. Dalam berinteraksi dengan pedagang yang berasal dari Timur Tengah, mereka menggunakan bahasa Arab-Melayu sehingga pada masa itu karya sastra yang dihasilkan juga menggunakan bahasa Arab-Melayu. Pada zaman itu karya sastra juga mulai dituliskan. Hasil sastra Indonesia lama pengaruh Islam ini dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu kisah tentang para nabi, hikayat tentang Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, cerita pahlawan Islam, cerita tentang ajaran dan kepercayaan Islam, cerita-cerita dongeng yang bernafaskan islam, serta cerita tentang mistik atau tasawuf.

(4) Sastra Indonesia lama pengaruh peralihan

Yang dimaksud dengan sastra pengaruh peralihan dalam sastra Indonesia lama ialah sastra Indonesia lama yang mengandung unsur Hindu dan Islam. Karya sastra yang termasuk dalam golongan ini sebagian besar ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Dalam sastra ini juga dimasukkan unsur Islam yang berupa kata atau kalimat yang bernafaskan Islam. Ciri-ciri sastra pengaruh peralihan di antaranya adalah:

(a)    Cerita berasal dari India, yang memiliki ciri-ciri seperti tokoh utama menggunakan benda-benda keramat, ada tokoh raksasa atau binatang yang menawan putri raja, garuda yang membinasakan negeri, sayembara untuk memilih suami, tokoh yang bertapa untuk mendapatkan kesaktian, dan orang yang mati dapat hidup kembali.

(b)   Ada unsur Islam dalam cerita, misalnya pemberian nama yang bernapaskan Islam pada judul cerita, seperti “Hikayat Marakarma” diganti dengan nama “Hikayat si Miskin”, tokoh cerita ditambah dengan tokoh para nabi atau pahlawan Islam, ajaran Islam ditambahkan dalam cerita, serta penggunaan kata Allah SWT sebagai pengganti nama dewata mulia.


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top