Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan seminar bertema “Peningkatan Peran Bahasa dan Sastra dalam Pencerdasan dan Pembentukan Karakter Bangsa”. Seminar tersebut digelar pada hari Kamis, 24 Mei 2012, di aula Tut Wuri Handayani, Gedung D, lantai 3, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Jalan Pemuda Nomor 134 Semarang. Narasumber dalam seminar tersebut adalah Dr. Dendy Sugono mewakili Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. (budayawan/Universitas Diponegoro), Prof. Dr. Sarwidji Suwandi, M.Pd. (dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta). Peserta seminar tersebut adalah guru, dosen, mahasiswa, dan umum.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Drs. Pardi, M.Hum. mengatakan bahwa seminar nasional ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran dan pemikiran semua pihak terhadap pentingnya bahasa dan sastra, baik bahasa dan sastra nasional maupun lokal, dalam pendidikan karakter. Bahasa dan sastra tidak boleh hanya dipandang sebagai alat komunikasi dan media ekspresi pemikiran. Akan tetapi, bahasa dan sastra harus dipandang sebagai media utama dalam pembangunan peradaban bangsa yang bermartabat, pemantapan semangat nasionalisme, dan pembentukan karakter masyarakat pada masa kini dan masa depan. Lembaga pendidikan harus menjadi ujung tombak dalam pendidikan karakter. Dia menegaskan, terselenggaranya seminar ini merupakan wujud perhatian Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah beserta lembaga terkait terhadap lahirnya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa yang disahkan pada 10 Mei 2012 dalam bingkai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
“Dari Jawa Tengah kita mulai menebarkan kesadaran atas pentingnya peran bahasa dan sastra dalam pembentukan karakter bangsa. Setidaknya, Jawa Tengah bersama-sama dengan provinsi lain di Indonesia harus berikrar dengan penuh semangat untuk menjadikan bahasa dan sastra sebagai media pendidikan peradaban bangsa,” kata Pardi dalam kesempatan tersebut.
Sementara itu, Prof Eko Budihardjo mengatakan bahwa Bangsa Indonesia tidak boleh hanya puas dengan pengawetan hasil sastra dan budaya karya nenek moyang (preservasi). Lebih dari itu, dibutuhkan pengembangan yang terus-menerus agar tumbuh kebanggaan sebagai bangsa yang berkarakter. Sebenarnya karakter bangsa Indonesia tercermin dalam Pancasila.
Berkaitan dengan pendidikan karakter di Indonesia, Prof. Sarwiji Suwandi mengatakan, pendidikan yang maju akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Pendidikan harus memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya dalam unjuk kerja yang nyata. Akhlak yang mulia akan mencerminkan karakter bangsa dan itu harus terinternalisasi dalam pendidikan kurikuler maupun ektrakulikuler. “Guru tidak boleh merasa terbebani dengan pendidikan karakter. Guru harus mendorong budaya baca yang menjadi bagian dari karakter bangsa. Dengan budaya baca dan tulis yang baik akan terbangun kemampuan berbahasa yang baik pula,” tegas Sarwiji.