Pemenang Lomba Cipta Puisi Indonesia dan Jawa Bertema “Aku Cinta Jawa Tengah” Tahun 2012

Dalam rangka memeriahkan Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2012, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah memberikan wadah ekspresi kecintaan terhadap Jawa Tengah dengan menyelenggarakan Lomba Cipta Puisi berbahasa Indonesia dan berbahasa Jawa. Lomba ini telah dilaksanakan pada 21 Oktober 2012 di Taman Budaya Raden Saleh, Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang.

Penilaian Lomba Cipta Puisi Indonesia dan Jawa meliputi aspek-aspek:

  1. kesesuaian isi dengan tema;
  2. amanat yang disampaikan;
  3. keseimbangan dalam komposisi;
  4. kepaduan unsur-unsur puisi;
  5. keindahan yang meliputi pemilihan kata (diksi), gaya bahasa, dan citraan;
  6. kreativitas;
  7. keunikan pusi

 

Penilaian dilakukan oleh dewan juri yang terdiri atas:

Juri Lomba Cipta Puisi Indonesia

1) Drs.Yudiono K.S., S.U. (Universitas Diponegoro);

2) Drs. Wijang J. Riyanto (Taman Budaya Jawa Tengah);

3) Drs. Mukti Sutarman (Sastrawan).

 

Juri Lomba Cipta Puisi Jawa

1) Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. (Universitas Negeri Semarang);

2) Dr. Teguh Supriyanto, M.Hum. (Dewan Kesenian Jawa Tengah);

3) Dra. H.R. Utami, M.Hum. (IKIP PGRI Semarang).

Berdasarkan hasil seleksi dan penilaian dewan juri memutuskan pemenang Lomba Cipta Puisi Indonesia dan Jawa Bertema “Aku Cinta Jawa Tengah” Tahun 2012 sebagai berikut.

 

Pemenang Lomba Cipta Pusi Kategori Puisi Indonesia

Pemenang

Nomor Urut

Nama

Nilai

Judul Puisi

Alamat

I

0917

Wisnu Handoko

276

Buat Ren Aoyama,

Klipang Pesona Asri III Blok F/31 Semarang

II

0006

Vironika Sri Wahyuningsih

274

Semarang dalam Jejak Meilie Ling Ling

Perum Taman Buah II Blok BA3/66 RT 3/ RW 15 Kutabumi Tangerang

III

0041

Arif Fitra Kurniawan

270

Pepatah-pepatah yang Tak Mudah Menyerah

Selomas Raya B/21 Semarang

 

Pemenang Lomba Cipta Pusi Kategori Puisi Jawa

Pemenang

Nomor Urut

Nama

Nilai

Judul Puisi

Alamat

I

0244

Fera Musthika

280

Kepodhang Kembang Kanthil

Jalan Kampung Baris No. 390 C Semarang

II

0228

Tutut Septiani

270

Jawa Tengahku

Jalan Hiri 3 Nomor 5 Semarang

III

0033

Sunarsih

255

Bumiku

Jalan Bahari, Karangtengah          RT 001/ RW 004 Penaruban, Weleri

Keputusan ini bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

 

Pemenang I Kategori Puisi Indonesia

Karya Wisnu Handoko

 

Buat Ren Aoyama,

 

Hai, aku tak tahu harus sapa apa

karena aku pun tak tahu kapan suratku kau eja

sekedar lembar pengganti jumpa

 

Mungkin saat kau baca

kau tengah di dalam ” shinkansen ” yang melaju terburu

atau kau tengah di dalam “mitingo rumu”

dengan setumpuk kerja yang memburu

 

Jangan kau tanya

karena aku tak berkirim surel saja

aku hanya ingin menulis buatmu sepucuk surat

seperti saat pertama rasaku tersirat

lalu pelan tersurat

 

Ren,

maaf aku tak bisa menyusulmu

maaf aku hanya bisa menjemputmu

mengajakmu pulang

menyusun segalanya untuk kisah kita berulang

 

Tinggalkan Jepang, kembalilah ke Semarang

lalu aku ingin mengajakmu ke Solo

ke Pasar Klewer yang tawarkan kehangatan

menikmati suasana seraya siapkan pernikahan

(batik saja ya, untuk seserahan)

 

Seperti yang kau pinta

aku telah siapkan tempat untuk sakramen kita

di Gereja Gedangan

di sisi utara Semarang kota

 

Dan

lalu, bolehkah kita lupakan sejenak saja

pesisir di Pulau Dewata dengan sejuta pura?

heee…

aku ingin mengajakmu ke Pantai Bandengan, Jepara

menghayati ombak, juga cinta yang menggelora

 

Atau kau ingin menikmati candi

Yang bertahta di ketinggian?

Kita bisa singgahi Dieng nanti

sambil menikmati seporsi sate kelinci

dengan aromanya yang bertebaran

 

Pulanglah, di Jawa Tengah, tinggallah

tinggalkan kotamu yang mekanis megapolitan

kembalilah ke kota kita yang masih humanis dan

kita semua bersiap menyambut kota metropolitan

 

Pulanglah, di Jawa Tengah, tinggallah

kita bisa hidup

dan menikmati hidup – tak akan redup

segala akan ada

seperti saat akan tercinta selalu bernada

 

Semarang, 21 Oktober 2012

Bintangmu

 

 

 

Pemenang II Kategori Puisi Indonesia

Karya Vironika Sri Wahyuningsih

 

Semarang dalam Jejak Meilie Ling Ling

 

Masih ingat sosokku?

Semoga kau tak melupakanku

Aku memang telah jauh

dari dinding kotamu

Aku Meilie Ling Ling

sahabatmu dari masa lalu

yang selalu ada waktu untuk menjinjing sekeranjang lumpia kesukaanmu

yang aku pesan pada Abah Kwek Gay Fu di pasar Johar setiap pagi

Masihkah engkau tinggal di Banyumanik?

Aku harap masih ada pendar kunang-kunang di tanah lapang samping rumahmu

Binarnya mengangkasa sebagai penanda suluk sang dalang

Dalam lakon Shinta Obong

Aku rindu canda ria anak-anak kecil tetanggamu

Yang terpingkal-pingkal melihat Pakdhe Brata dan remaja kampung menari jatilan

Apakah mereka masih suka menari disaat panen padi

diiringi gamelan mendayu, merayu, jenaka

Mengguyur hati petani yang nasibnya terzalimi

Ingatkah kau saat Pakdhe Brata kelimpungan karena kehilangan kuda lumpingnya?

Kaulah yang terpaksa berperan sebagai sang kuda kepang

Budhe Dumilah yang asyik membatik terkekeh menatapmu

sambil meniup malam panas di cantingnya

Aku larut dalam suasana sambil mencicipi timus hangat buatan Yu Karti

Semarang memang kota nan unik di sudut hatiku

Apakah pohon asam yang hijau rimbun masih ada di dekat Simongan?

Habitat rindang tempat tukang cukur tradisional setia bergulat dengan penghidupannya

Adikmu pernah menangis tersedu karena rambutnya dipotong model kuncung

di tempat itu.. dan kau berupaya meredam tangisnya

dengan dongeng tentang Aji Saka, Timun Mas, sampai Cindelaras

Semarang memang kota dengan berjuta dongeng yang bisa diceritakan

Sayang waktu terlampau singkat untuk aku selalu ada didekatnya

Sepertinya baru kemarin aku menatap redup matamu

saat melepas kepergianku di Stasiun Tawang

Kereta melaju ketika kau memanggilku

suaramu beradu gaung dengan teriakan penjual tahu gimbal di koridor stasiun

Sekarang aku hanya bisa mengenangmu, mengenang Semarang kotamu

Dari kota sekarang aku tinggal… Venice

Di Venice aku melihat bayangan kotamu

 

 

                                                                             Semarang . Okt . 2012

 

 

Pemenang III Kategori Puisi Indonesia

Karya Arif Fitra Kurniawan

 

Pepatah-pepatah yang Tak Mudah Menyerah

 

/1/

Sebab “siapa menanam siapa menuai”, kami bangun lebih dini dari alarm tetangga yang masih tidur memeluk rencana di waktu yang lapang itu kami bahu-membahu menanam hari-hari baik. hari-hari yang seperti pohon bagi cita-cita, kami tumbuhkan batang-batang kemudian cabang-cabang, sebagai alat berpegang, bila kelak anak cucu keturunan kami yang semakin jauh dari tujuan ingin memetik haru biru masa depan

 

/2/

Tak mengapa kami berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bilamana memang kebahagiaan lahir dari arus dan ombak kemungkinan akan kami taklukkan, sebab nenek moyang kami para petani dan para pelaut, mereka tak pernah mewariskan sedikit pun silsilah di kamus bagaimana rasa takut disebut anak cucu kami kini menjelma pesisir, kampung-kampung, dan gedung-gedung yang terus belajar berpikir

 

/3/

Jangan lagi menyebut diri kami keledai, cuma lantaran berulang bertarung dengan tangan jalan-jalan berlubang, demi mengalahkan rumus kegagalan. Kami kelas-kelas kecil yang terus menghirup harapan dan ilmu pengetahuan, kami adalah kaki-kaki keras yang pantang mengaduh, penanam peluh sekaligus peminum keluh, langkah kami tak pernah habis tenaga meski tiap hari kejar-kejaran dengan jam kerja

 

/4/

Kami lidi-lidi, semakin gagah hatiku jatuh ke pelukan tali: bersatu mencintai tanah asal kami. Kemudian barangkali ditakdirkan oleh Tuhan dengan sampah dan kemalasan turun-temurun kami hidup berhadapan dalam perseteruan; kami tak gentar meski kemalasan meraksasakan diri mereka, dusun-dusun kami, kota-kota kami tetap akan kami selamatkan. kami merindu cuaca yang sehat, kepala-kepala orang yang sehat, perasaan yang sehat, pembangunan yang sehat dari para pejabat

 

/5/

Sebab bercerai kami runtuh, kami penuhi diri kami seperti perigi dengan gotong-royong, dan tolong menolong. kami penuhi dada dan kepala kami dengan bening iman dan kasih sayang, sungguh dengan sebuah pelukan niscaya kami akan jauh lebih menang dari tangisan dan kekeceweaan, dari airmata yang barangkali akan dikirim oleh bencana.

 

Semarang, 21 Oktober 2012

 

 

Pemenang I Kategori Puisi Jawa

Karya Fera Musthika

 

 

           KEPODHANG KEMBANG KANTHIL

 

Kepodhang

Wulumu kuning sleret ireng merbawani

Mlangkring wreksa kanthil nyenengake

 

Kanthil

Pethetan taman sari gawe asri

Klangenan sagung pawestri

Lamun

Kembange mekar ambabar gandha arum

Kepodhang arume kembang kanthil

Gawanen mabur sinambi ngidung pawarta endah

Dimen

Wutah getihku saya kuncara

Ing nuswantara lumeber manca negara

 

Jumbuh

 

Kekudangane nara Praja lan kawula

Pamrihe muga tansah lestariya

Manjing jiwa raga

 

Ket:

Manuk kepodhang lan kembang kanthil

punika minangka maskot Jawa Tengah

( Flora & Fauna Jateng)


 

Pemenang II Kategori Puisi Jawa

Karya Tutut Septiani

 

 Jawa Tengah Ku

 

Iki geguritan kanggo Jawa Tengahku

Kang dak tulis Linambaran Sandi asma

Tumuju marang karaharjan iku kang dadi tujuane

Urip mulyo, ayom ayem tentrem kang dak karepake

Tanpa pepalang tanpa reridhu

Upama arep tak gambarake

Tlatah Jawa Tengah iki  kaya Dewi Sinta

 

Sejatine Jawa Tengah iku sugih kabudayan

Endahing beksa, paraga wayang lan tembang

Para panganggit lan sastrawan uga melu duwe pesona

Tresnaku kang satuhu

Iku amung kanggo Jawa Tengah ku

Apa wae bakal dak jaga

Nadyan urung bisa sempurna

Ingsun percaya manawa Gusti bakal paring kanugrahan

Marang apa kang dadi impen Jawa Tengah

 

 

Pemenang III Kategori Puisi Jawa

Karya Sunarsih

 

Bumiku

           

Endahing kahanan agawe kasemseming ati

Wit-witan lan gegodhongan katon ijo royo-royo

Gunung-gunung lan samodra kadya baris jejer-jejer

Yen sinawang katon endah, asri lan edi peni

 

Bumiku, Jawa Tengah

Akeh seni kerajinan, kuliner, budaya lan papan wisata

Kang narik kawigatene para wisatawan manca negara

Akeh becak, andhong, bis, mikrolet lan uga kreta

Kang siap ngeterake wisatawan plesir lan blanja

 

Bumiku…

Akeh papan wisata kang siap nglipur

Tyas sing duhkita lan uga nglantur

Lawang sewu, Prambanan lan Borobudur

Tinggalane sejarah kang nyata-nyata misuwur

 

Bandeng presto, lumpia, wingko babat saka semarang

Jenang Kudus, gudheg jogya, lan gethuk saka Magelang

Kabeh iku sawernaning panganan kang regane ora larang

Kanggo oleh-oleh kulawarga kang banget disayang

 

Bumiku, Jawa Tengah

Wargane urip ayem tentrem, kerta raharja

Guyup rukun kang agawe santosa

Bumine gemah ripah loh jinawi

Kabeh iku anjalari agunging ibu pertiwi

 

Atiku bungah lan sumringah

Urip ing wewengkon Jawa Tengah

Suka renaning atiku,

Karana mapan ing sajroning pangkonmu

 

Bumiku, Jawa Tengah

Aku tresno marang kowe

Tresnaku kanggo selawase

Ing kalbu tuwuh sedyaku

Prasetya arsa ngreksa sliramu

 

Bumiku…

Aku ora bakal cidra

Semaya, apa maneh mbalelo

Niat kalbu bakal miturut satuhu

Nuhoni dharmaning satriya nglabuhi sliramu

 

Yo, pra kanca, pra muda, pra warga Nusantara

Ayo gumregah padha njaga, ngreksa lan ngusada

Karesikan, ketertiban, katentreman lan keamanan

Kanggo undhaking kaendahan lan moncering kahanan

Amrih bisa narik kawigatene para wisatawan.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kembali ke Atas