oleh Ema Rahardian
Indonesia setakat ini sedang didera fenomena pengunaan kata galau. Merebaknya kata galau patut menjadi pusat perhatian karena selain penggunaannya yang kurang tepat, makna kata galau juga kabur. Kekaburan makna kata tersebut disebabkan adanya pergeseran acuan makna kata tersebut di masyarakat. Sebagian besar pengguna kata galau adalah kalangan muda, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Di dunia maya, kata galau bertebaran di jejaring sosial, baik di tweeter maupun facebook. Banyak pengguna jejaring sosial menggunakan kata galau untuk mengungkapkan kesedihannya. Kata galau muncul dalam akun mereka ketika mereka putus cinta. Perhatikan kalimat berikut.
(1) Hatiku galau kehilangan kamu.
Bukan hanya itu, ketika mereka tersakiti teman dan dimarahi orang tua, mereka juga menulis kata galau.
Bukan hanya di dunia maya, di dunia nyata kata galau juga banyak digunakan, salah satunya oleh produsen kartu telepon. Produsen kartu telepon tersebut menggunakan kata galau dalam salah satu iklan produknya.
(2) Tanpamu aku galau
(3) Stop! Kalau galau jangan risau pakai kartu…
Contoh-contoh kalimat tersebut menggambarkan bahwa kata galau mengacu pada keadaan hati yang sedang sedih dan risau. Kalimat (1) dan (2) menggambarkan keresahan hati penutur karena ditinggal pergi oleh kekasihnya. Sementara itu, kalimat (3) berisi nasihat agar mitra tuturnya tidak bersedih.
Jika menilik arti kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, kata galau bermakna ‘kacau (tt pikiran)’ (Sugono, 2008:407). Makna kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengacu pada pikiran yang kacau, kusut, dan kalut. Hal itu berbeda dengan acuan kata galau yang digunakan oleh pengguna jejaring sosial dan kalangan muda. Mereka menggunakan kata galau untuk mengacu perasaan sedih dan gelisah karena suatu hal.
Acuan makna kata yang tersebar di dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tersebut telah kabur dari acuan keadaan hati yang sedih ke pikiran yang risau. Padahal, bahasa Indonesia memiliki kosakata yang lebih tepat untuk mengacu keadaan hati yang sedih. Kata tersebut adalah gundah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, kata gundah bermakna sedih; bimbang; gelisah (Sugono, 2008:466).
Oleh karena itu, sungguh bijak tatkala kita mulai membiasakan diri menggunakan kata gundah daripada galau untuk menggambarkan keadaan hati yang sedih karena ditinggal kekasih, disakiti teman, ataupun dimarahi orang tua.
Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 2, Juli–Desember 2012