SEMINAR KEBAHASAAN: BAHASA MEDIA MASSA MASA KINI
Bahasa, sebagai alat komunikasi, sudah sewajarnya mengikuti perkembangan masyarakatnya karena digunakan untuk menyampaikan informasi. Bahasa sebagai penyampai informasi langsung atau straight news berbeda dengan bahasa dalam berita kisah atau features news, dan bahasa dalam berita penafsiran atau interpretative news. Begitu juga media yang digunakan. Media dalam jaring (daring, online) berbeda dengan media cetak. Dalam fungsinya sebagai penyampai informasi, media daring bisa sama dengan media penyiaran. Pada sisi lain, media cetak bukan hanya menyampaikan sebuah informasi melainkan juga menyampaikan penjelasan yang lengkap tentang suatu informasi. Informasi yang dicetak seharusnya memberikan kepuasan yang lebih baik kepada khalayak dibandingkan dengan media daring dan penyiaran. Konsep berita yang terdapat di media daring dan media cetak pun sepantasnya berbeda. Itulah yang disampaikan oleh T.D. Asmadi, Ketua Forum Bahasa Media Massa, dalam seminar kebahasaan dengan tema “Bahasa Media Massa Masa Kini” di Ruang A 3.11 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro pada 22 Oktober 2013 lalu. Pada kesempatan tersebut, T.D. Asmadi mengangkat topik “Potret Bahasa Indonesia Media dalam Jaringan”.
Seminar yang dilaksanakan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro dibuka secara resmi oleh Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Drs. Mujid F. Amin, M.Pd. Seminar tersebut dihadiri oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Drs. Pardi, M.Hum., dosen-dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Undip, perwakilan dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, perwakilan dari Forum Bahasa Media Massa, dan mahasiswa FIB Undip.
Pada seminar itu hadir juga narasumber Dra. Sugihastuti, M.S., dari Universitas Gadjah Mada, yang menyampaikan materi “Pemaknaan Fenomena Tuturan Vicky Prasetyo”. Sugihastuti menyatakan bahwa tuturan Vicky Prasetyo merupakan tuturan yang menyalahi kaidah tata bahasa bahasa Indonesia. Terdapat beberapa pelanggaran dan/atau penyimpangan struktur kalimat dalam tuturan Vicky. Penyimpangan itu berupa penyimpangan afiksasi, yaitu penggunaan imbuhan memper-, -isasi, dan –itas. Kemudian, penyimpangan pemakaian kolokasi, misalnya penggunaan kata konspirasi kemakmuran. Penyimpangan berikutnya adalah pemakaian hukum DM dalam struktur bahasa Indonesia yang oleh Vicky diubah menjadi MD, seperti labil ekonomi. Selanjutnya, penggunaan konstruksi frasa yang dibolak-balik, misalnya dalam tuturannya ketika berorasi pada pemilihan bakal calon kepala desa di Desa Karang Asih.
Pada bagian lain Sugihastuti menyatakan bahwa banyak kiasan yang dapat digunakan untuk menerangkan struktur tuturan dan/atau percakapan. Bagi sebagian orang, percakapan bagaikan sebuah tarian dengan pasangan bercakapnya yang mengoordinasikan gerakan-gerakannya secara lembut dan artistik. Bagi sebagian orang yang lain, percakapan bagaikan arus lalu lintas di perempatan jalan, yang melibatkan banyak gerakan alternatif tanpa menimbulkan kecelakaan.
Seminar kebahasaan kerja sama Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro ini bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahasa Indonesia di media daring, menginformasikan penggunaan bahasa Indonesia di media massa masa kini, dan menyosialisasikan kaidah penggunaan bahasa Indonesia di media daring.