Siaran Bina Bahasa dan Sastra di RRI Semarang: Fenomena Penamaan Tempat Usaha atau Makanan dan Karakter Masyarakat

Share link

Bahasa bersifat dinamis dan terus berkembang. Perkembangan bahasa tersebut membawa pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat. Apabila diperhatikan, saat ini relatif banyak pengguna bahasa yang kurang memperhatikan kesantunan dalam berbahasa, misalnya, penamaan tempat usaha atau makanan. Penamaan tempat usaha atau makanan, seperti bakso setan, sambel gendeng, es buaya darat, dan sambel iblis, menunjukkan kekurangsantunan. Fenomena penamaan tersebut meluas, tidak hanya di satu tempat.Hal itu mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung kurang santun dalam berbahasa. Demikian materi yang disampaikan oleh Dr. Dwi Atmawati, M.Hum. dalam siaran interaktif di RRI Semarang.

 

Siaran Bina Bahasa dan Sastra di RRI Semarang pada 1 Oktober 2013 tersebut menyajikan topik “Fenomena Penamaan Tempat Usaha atau Makanan dan Karakter Masyarakat”. Siaraninteraktif tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Dr. Dwi Atmawati, M.Hum. sebagai narasumber utama dan Agus Sudono, S.S., M.Hum. sebagai narasumber pendamping. Acara tersebut dipandu oleh Saudari Riri Murikah dan disiarkan melalui saluran Progama 1 dengan gelombang 89,00 fm.

 

Salah satu tujuan penamaan tempat usaha tersebut adalah menarik konsumen. Namun, masyarakat Indonesia hendaknya tetap menggunakan bahasa yang mencerminkan kesantunan. Cermin bangsa yang maju, salah satunya adalah perilaku masyarakatnya yang memiliki karakter yang santun dalam berbahasa.

 

 


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top