Beberapa Aliran dalam Cerita Pendek
oleh Desi Ari Pressanti
Aliran dalam cerita pendek merupakan filosofi dasar yang menjadi ciri khas pengungkapan gagasan seorang pengarang. Berikut ini pengelompokan beberapa aliran dalam cerita pendek menurut Korrie Layun Rampan (Dasar-dasar Penulisan Cerita Pendek, 1995: 13—15).
1. Realisme
Aliran realis adalah aliran dalam cerita pendek yang menggambarkan keadaan seperti apa adanya. Aliran ini berusaha untuk menggambarkan kehidupan dengan kejujuran yang sempurna dan objektif. Pengarang tidak melukiskan sesuatu berdasarkan tafsiran, namun semuanya sesuai dengan objek yang ada, tidak dilebihkan dan tidak dikurangi. Mochtar Lubis, Wildan Yatim, dan Hamsad Rangkuti termasuk pengarang yang sering menggunakan aliran realis.
2. Romantisme
Aliran romantis sangat bertolak belakang dengan aliran realis. Pengarang yang menganut aliran romantis mengedepankan perasaan dalam karyanya. Cerpen yang termasuk dalam aliran ini biasanya kaya akan gaya bahasa, seperti hiperbola untuk menyangatkan perasaan pengarang, metafora untuk menambah keindahan cerpen, dan simile untuk menggambarkan suatu perumpamaan. Cerpen romantisme di antaranya tampak pada karya-karya Hamka.
3. Naturalisme
Aliran ini bisa dikatakan sebagai cabang dari realisme. Apabila realisme menyajikan kejadian-kejadian yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung memotret kejadian-kejadian tersebut dengan lebih lugas tanpa ada penyeleksian. Dengan kata lain, apa yang dilihat dan dirasakan oleh pengarang akan dinyatakan dengan apa adanya. Oleh sebab itu, naturalisme cenderung melukiskan segala hal yang busuk, jorok, bahkan pornografi. Naturalisme sering juga digunakan untuk melukiskan kritik sosial yang tajam. Motinggo Boesye termasuk pengarang yang sering menggunakan aliran ini dalam karya-karyanya.
4. Ekspresionisme
Ekspresionisme merupakan koreksi dari realisme karena tidak mungkin ada realisme yang benar-benar objektif. HB Jassin menyatakan bahwa aliran ekspresionisme dilandasi pemikiran bahwa manusia dengan kedalaman jiwanya dapat dilukiskan oleh pengarang yang mengenali manusia itu sampai pada pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraannya, ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya. Untuk melahirkan manusia yang sebenarnya, si pengarang harus seolah-olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya. Namun, ia tidak dapat meniadakan dirinya sama sekali dan turut aktif dalam jiwa tokoh itu. Aliran ini menekankan pada harapan, impian, cita-cita, ketakutan, keberanian, dan tujuan yang panjang dari hidup manusia. Ekspresionisme dapat dijumpai pada karya Toha Mohtar dan Putu Arya Tirtawirya.
Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 1, Januari—Februari 2013