Cerita Rakyat

Share link

oleh Mochammad Fikri

 

Cerita rakyat adalah kepercayaan, legenda, dan adat istiadat suatu bangsa yang sudah ada sejak lama dan diwariskan turun-temurun secara lisan dan tertulis (Sudjiman, 1986:29). Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra lisan dan memiliki fungsi yang amat penting bagi masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu bagian budaya, cerita rakyat hidup dan menjadi milik masyarakat di masa lampau yang dipelihara oleh pendukungnya secara turun temurun. Cerita rakyat pada umumnya tumbuh dan berkembang pada masyarakat pedesaan yang jauh dari perkotaan. Adapun contoh cerita rakyat di Jawa Tengah, antara lain: Asal Mula Bledug Kuwu (legenda), Terjadinya Gunung Tidar (mite), Asal Mula Borobudur (legenda), Asal Mula Kota Kudus (legenda), Joko Kendil (dongeng), Walidarma (dongeng) dan lain sebagainya.

 

Cerita rakyat, menurut Danandjaja (1991:3), memiliki ciri-ciri: (1) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya; (2) bersifat tradisional, dalam arti disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau standar; (3) terdapat dalam berbagai versi bahkan berbagai varian yang berbeda; (4) bersifat anonim, dalam arti penciptanya tidak diketahui; (5) memiliki bentuk berumus atau berpola; (6) mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama atau suatu kolektif; (7) bersifat prologis, yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum; (8) menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu; (9) bersifat polos dan lugu sehingga sering terlihat kasar atau terlalu spontan.

 

Bascom (1965:4) membagi cerita rakyat dalam tiga golongan besar, yaitu mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). Mite adalah suatu cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan suci oleh pemilik cerita. Mite mengisahkan peristiwa-peristiwa yang tidak dijelaskan secara rasional, seperti cerita terjadinya sesuatu, atau dapat pula diartikan sebagai kepercayaan atau keyakinan yang tidak terbukti tetapi yang diterima mentah-mentah (Sudjiman, 1986:50). Tokoh-tokoh dalam mite ini biasanya adalah makhluk yang luar biasa, dewa atau makhluk setengah dewa dan tempat terjadinya peristiwa bukan di dunia nyata. Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya kematian, bentuk khas binatang, gejala alam, petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang, dan sebagainya.

 

Legenda adalah cerita yang juga dianggap benar-benar terjadi, tetapi tempat terjadinya peristiwa di dunia nyata. Legenda mencampurkan fakta historis dan mitos (Sudjiman, 1986:47). Ciri-ciri legenda mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar tejadi tetapi tidak dianggap suci. Tokoh yang ditampilkan dalam legenda ini biasanya manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan sering pula dibantu oleh makhluk ajaib. Tempat terjadinya di dunia seperti yang dikenal, waktu terjadinya belum terlalu lampau.

 

Selanjutnya, dongeng adalah cerita tentang makhluk khayali. Ceritanya dianggap tidak benar-benar terjadi serta tidak terikat oleh waktu dan tempat. Tokoh-tokohnya memiliki kebijaksanaan atau kekuatan untuk mengatur masalah manusia dengan segala macam cara. Tokoh cerita setelah menjalani pengalaman yang ajaib-ajaib, akhirnya hidup berbahagia (Sudjiman, 1986:20).

 

 

Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 6, NovemberDesember 2013


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top