Siaran Sinau Basa Jawa di RRI Semarang: Tata Nama dan Kepangkatan Prajurit Mataram dan Keraton Ngayogyakarta
Sejak kepemimpinan Sultan Agung, Kesultanan Mataram sudah memiliki tata nama dan kepangkatan keprajuritan. Tata nama dan kepangkatan keprajuritan tersebut terdapat pula di Keraton Ngayogyakarta meskipun ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Hal ini diungkapkan oleh M. Fikri dan Shintya dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah pada 5 Februari 2014 pukul 19.30—20.00 dalam Siaran Sinau Basa Jawa di RRI Semarang. Materi yang disiarkan oleh Programa Empat (Pro 4) RRI Semarang gelombang 800,1 AM tersebut mengambil tema “Jeneng-Jeneng Tata Rakit Gelar Prajurit Mataram Jaman Sultan Agung Kaliyan Prajurit Keraton Ngayogyakarta”.
Prajurit Kesultanan Mataram dan Keraton Ngayogyakarta dibagi menjadi dua, yaitu Prajurit Bregada Dharat ‘Angkatan Darat’ dan Prajurit Bregada Samodra ‘Angkatan Laut‘. Namun, karena keduanya merupakan negara agraris, Bregada Samodra kurang dipentingkan. Adapun Bregada Dharat terdiri atas Prajurit Sarageni ‘Prajurit Bersenjata Api’ dan Prajurit Jagabela ‘Prajurit Bersenjata Tajam’. Ada pula pasukan infanteri, kavaleri, dan artileri.
Kepangkatan dalam keprajuritan di Kesultanan Mataram terbagi dalam pangkat penewu, wedana, lurah, bekel, dan senapati. Bekel mengomandani 20—40 prajurit, lurah mengomandani 80 prajurit, penewu mengomandani 1.000 prajurit, dan wedana memimpin lebih kurang 3.000 prajurit. Adapun Senapati merupakan komandan dari seluruh prajurit tersebut.
Tata nama dan istilah keprajuritan tersebut digunakan pula di Keraton Ngayogyakarta. Namun, perbedaannya prajurit Keraton Ngayogyakarta terbagi menjadi tiga belas, yaitu Prajurit Sumaatmaja, Prajurit Wirabraja, Prajurit Dhaheng, Prajurit Patangpuluh, Prajurit Jagakarya, Prajurit Prawiratama, Prajurit Ketanggung, Prajurit Mantrijero, Prajurit Nyutra, Prajurit Jager, Prajurit Langenastra, Prajurit Surakarsa, dan Prajurit Bugis. Semua itu merupakan bukti kekayaan budaya Jawa pada masa lalu. Siaran ini diharapkan mampu mengungkap kembali khazanah budaya tersebut agar tidak hilang ditelan zaman.