Romantisme Puisi Sapardi Djoko Damono

Share link

Puisi berisi ungkapan pikiran ataupun perasaan penyairnya yang dirangkai menjadi ungkapan yang penuh makna. Sebuah puisi tercipta bukan dari hal yang tidak ada atau imajinasi penyair saja, melainkan lahir sebagai wakil ungkapan hati dan perasaan penyairnya. Kata yang tidak biasa dan jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari sengaja dipilih penyair untuk menguatkan pesan dalam karyanya. Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu penyair yang banyak menggunakan kata sederhana, tetapi sarat makna pada karya-karyanya. Kata-kata indah yang digunakan Sapardi dalam puisinya itu menimbulkan kesan romantis pada benak pembacanya. Shintya, S.S. dan Umi Farida, S.S. mengulas hal tersebut dalam Siaran Interaktif Bina Bahasa dan Sastra bertema “Romantisme Puisi Sapardi Djoko Damono” pada 3 Juni 2014, pukul 20.00—21.00, di RRI Semarang.

Shintya, S.S. menjelaskan bahwa Sapardi Djoko Damono merupakan seorang sastrawan Indonesia terkemuka. Beliau dikenal sering menggunakan kata-kata sederhana dalam puisi-puisinya, tetapi mampu melekat di benak pembaca. Hal tersebut menjadikan puisinya sangat populer, khususnya puisi bertema cinta. Salah satu contohnya adalah puisi “Aku Ingin”. Meskipun bertema cinta, kata-kata yang digunakan tidak berlebihan. Banyak orang yang salah menyangka bahwa puisi tersebut merupakan karya Kahlil Gibran. Berikut ini puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono.

 

Aku ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

Romantisme Sapardi sangat kental dalam puisi tersebut. Dari kesederhanaan kata-kata yang digunakan Sapardi, kita bisa melihat kedalaman lukisan perasaannya. Konon, puisi tersebut diciptakan Sapardi ketika istrinya sedang sakit. Dalam puisi tersebut, Sapardi ingin menyampaikan bahwa cinta itu sederhana. Cinta itu berasal dari perasaan yang tidak bisa dimanipulasi. Kemurnian perasaan itulah yang membuat cinta menjadi sangat indah.

Umi Farida, S.S., menambahkan, romantisme Sapardi tidak hanya tergambar pada puisi “Aku Ingin”, tetapi juga pada puisinya yang lain, yaitu “Hujan Bulan Juni” berikut ini.

 

Hujan Bulan Juni

 

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

 

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

 

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

 

Puisi tersebut menceritakan ketabahan seseorang dalam menahan kerinduan pada orang yang dicintainya. Puisi “Hujan Bulan Juni” menyiratkan makna orang yang mencintai tanpa menuntut imbalan apa pun. Kedua puisi tersebut merupakan puisi yang kata-katanya sederhana, tetapi memiliki kedalaman makna.

 

 


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top