Peran Bahasa sebagai Pembentuk Karakter

Share link

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia Semarang menggelar agenda rutin berupa Siaran Interaktif Bina Bahasa dan Sastra Indonesia pada Selasa, 19 Juni 2014, di RRI Semarang. Acara yang dimoderatori oleh Aris Budiyanto ini menghadirkan narasumber dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, yaitu Ema Rahardian, S.S. dan Dr. Dwi Atmawati, M. Hum. dengan topik  “Peran Bahasa sebagai Pembentuk Karakter”.

Dr. Dwi Atmawati, M. Hum. mengatakan bahwa bahasa merupakan wujud budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan maksud kepada mitra bicara. Selain berfungsi sebagai media komunikasi, bahasa juga mampu membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Dwi Atmawati menambahkan bahwa pembentukan karakter yang baik dilakukan melalui pembiasaan berbahasa yang baik. Salah seorang ahli linguistik behaviorisme berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan disertai dengan tabula rasa, yakni semacam piring kosong. Seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh anak tersebut, piring itu akan terisi dengan sendirinya, termasuk bahasa. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, anak mengenali bahasa dengan menyerap bahasa yang digunakan di sekitarnya. Saat anak mendengar, saat itu juga anak akan bereaksi. Dari sini dapat digambarkan, jika seorang anak hidup di keluarga dan lingkungan yang lembut, akan tercipta pribadi yang lembut pula, begitu sebaliknya.

Ema Rahardian, S.S. mengungkapkan bahwa peniruan yang dilakukan oleh anak merupakan salah satu cara anak belajar tentang diri dan lingkungannya. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Selain itu, orang tua memiliki andil dalam membentuk karakter anak, salah satunya melalui penggunaan bahasa yang lembut. Penggunaan bahasa semacam itu akan membentuk anak menjadi pribadi yang santun dan hormat kepada orang tua. Sebaliknya, jika orang tua menggunakan bahasa yang kasar, akan terbentuk pribadi yang emosional, temperamental, dan merangsang tindakan-tindakan kekerasan. Ema Rahardian, S.S. menambahkan bahwa selain dari keluarga, karakter anak juga dibentuk dari pembiasaan berbahasa di lingkungan sekolah, yang terdiri atas teman, guru, dan karyawan sekolah. Namun, gurulah yang memiliki peran besar dalam pembiasaan berbahasa untuk membentuk karakter yang baik. Kebiasaan berbahasa yang baik di lingkungan keluarga dan sekolah mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan karakter anak. Hal tersebut dapat berimbas pada pembentukan karakter bangsa karena anak adalah generasi penerus bangsa.

 


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top