Kongres Kebudayaan Jawa 2014: Upaya Revitalisasi Nilai-nilai Budaya Jawa

Kongres Kebudayaan Jawa 2014 berlangsung selama empat hari pada 10—13 November 2014 di Surakarta. Kongres kebudayaan yang dilaksanakan pertama kali setelah Kemerdekaan RI ini diikuti oleh 550 peserta dari berbagai daerah di Nusantara. Acara pembukaan kongres dilaksanakan di Pendapa Agung Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Kongres Kebudayaan Jawa 2014 dibuka secara resmi dengan pemukulan gong oleh Menkebdikdasmen yang diwakili oleh DIrjenbud, Prof. Kacung Marijan, Ph.D. Pada acara tersebut hadir Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo; Bupati Purworejo; BRAy. Mooryati Soedibyo; dan pejabat-pejabat lainnya. Selain itu, kongres dihadiri para budayawan, akademisi, praktisi, dan penentu kebijakan, antara lain Bupati Tegal, Enthus Susmono dan Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno. Acara pembukaan diawali dengan pertunjukan tari Bedaya Lala yang dibawakan oleh sembilan penari dari ISI Surakarta dan diakhiri dengan pertunjukan wayang pakeliran padhet oleh Ki Purbo Asmoro dengan lakon Wahyu Makutha Rama.  

Pada hari berikutnya, kegiatan Kongres dipusatkan di Hotel Lorin, Jalan Adi Sucipto Nomor 47, Surakarta. Pembicara pada hari kedua adalah Gubernur DIY, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Jawa Timur, Seskemenkokesra, Pangdam IV Diponegoro, Prof. Dr. Djoko Suryo (UGM), Prof. Dr. Sri Hastanto (ISI Surakarta), dan Prof. Dr. Ravik Karsidi (UNS). Pada hari ketiga, 60 pembicara memaparkan makalah yang terbagi dalam 4 klaster dan 20 panel.

Pertunjukan tari dan kesenian tradisional yang dibawakan oleh perwakilan dari berbagai daerah mewarnai rangkaian kegiatan kongres, di antaranya adalah tari Rebana (ISI Surakarta), tari Gebyar Batik (Disbudpar DIY), tari Cundhuk Mentul (Stiepari Semarang), tari Dolalak (Kabu. Purworejo), tari Retno Kusuma (Disbudpar Surakarta), tari Ayun-Ayun (Stipram Yogyakarta), Gambang Semarang (Undip). Acara penutupan disemarakkan dengan Campursari (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah).

Mayjen (Purn) H. Mardiyanto, Mantan Menteri Dalam Negeri dan Gubernur Jawa Tengah periode 1998—2003, mengatakan bahwa Kongres Kebudayaan Jawa 2014 ini merupakan kongres budaya Jawa yang baru pertama kalinya diadakan setelah kemerdekaan Indonesia, sebelumnya acara seperti itu pernah diadakan pada 5—7 Juli 1918, yakni Congres voor Javaneche Cultur Antwikkeling di Surakarta.

Tujuan yang ingin dicapai pada penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Jawa ini adalah menghimpun sejumlah pemikiran tentang hakikat dan ajaran luhur budaya Jawa sebagai sumbang saran dalam menyusun rencana strategis dan dinamis bagi pembangunan untuk membentuk ketahanan budaya bangsa dari penetrasi budaya asing. Di samping itu, kegiatan ini merupakan usaha pewarisan dan pelestarian budaya Jawa dari generasi ke generasi agar keprihatinan bangsa tentang kurangnya rasa percaya diri, harga diri, dan jati diri bangsa tumbuh kembali sebagai komunitas yang besar demi teraplikasinya Bhinneka Tunggal Ika.

Sementara itu, Ketua Pelaksana, Prof. Dr. Dr. Soetomo, W. E., M.Pd menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan mengidentifikasi berbagai masalah kebudayaan Jawa. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan menginventarisasi unsur-unsur kebudayaan Jawa yang patut dikembangkan, didokumentasikan, dan dilestarikan sebagai usaha pewarisan budaya dari generasi tua ke generasi muda.

Kegiatan ini didanai oleh Seskemenkokesra, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Adapun pelaksana kegiatan adalah Yayasan Studi Bahasa Jawa (YSBJ) Kanthil bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Salah satu hasil rumusan kongres menyatakan bahwa kongres kebudayaan Jawa akan diadakan empat tahun sekali. Kongres berikutnya diselenggarakan pada 5 Juli 2018 memperingati 100 tahun Kongres Kebudayaan Jawa yang pertama. Provinsi Jawa Timur didaulat sebagai tuan rumah pelaksanaan acara tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kembali ke Atas