Siaran Bina Bahasa di TVRI Jawa Tengah: Puisi sebagai Promosi Wisata

Share link

Dunia pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor andalan yang dapat mendatangkan pendapatan bagi negara. Sektor pariwisata telah mampu membuka banyak lapangan pekerjaan mulai dari usaha di bidang kuliner, cindera mata, dan tenaga pramuwisata. Keberlangsungan berbagai sektor usaha tersebut ditentukan oleh banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung di suatu objek wisata. Untuk menarik jumlah wisatawan yang berkunjung di suatu objek diperlukan promosi yang memadai dan gencar dilakukan oleh berbagai pihak. Masyarakat umum dapat turut mempromosikan pariwisata dengan cara menulis pandangan mereka di surat kabar mengenai keindahan suatu objek atau dapat juga dengan cara menulis puisi. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Desi Ari Pessanti, S.S. dan Rini Esti Utami, S.S. sebagai narasumber pada siaran Bina Bahasa akan diselenggarakan pada Senin, 22 Desember 2014, pukul 15.00-16.00, di TVRI Jawa Tengah.

Siaran yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jawa Tengah dan dimoderatori oleh Nani Widyawati, S.Pd. tersebut membahas tentang “Puisi sebagai Promosi Wisata”. Dalam siaran tersebut Desi Ari Pessanti, S.S. mengatakan bahwa puisi merupakan sarana yang cukup bagus untuk mempromosikan pariwisata karena dapat dilakukan oleh siapa pun, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tema tentang pariwisata yang diangkat juga beragam, dapat dari sisi wisata budaya, alam, sejarah, dan kuliner. Sedangkan Rini Esti Utami, S.S. menjelaskan bahwa Sebuah puisi kemungkinan diciptakan oleh pengarang tidak dengan tujuan untuk mempromosikan sebuah objek wisata. Pengarang menulis puisi setelah mengamati keindahan atau pernah mengalami sensasi yang membekas dalam benak, dan hal itulah yang diungkapkan menggunakan kata-kata yang indah ditambah dengan aturan mengenai rima dan bait yang semakin menambah keindahan sebuah puisi.

Puisi mengenai promosi pariwisata bukanlah hal baru dalam blantika kesusastraan di Indonesia. Puisi-puisi bertema pariwisata telah diciptakan pada tahun 20-an sampai dengan tahun 40-an. Terdapat nama-nama penyair yang menulis puisi-puisi mengenai kepariwisataan tersebut, antara lain Sanusi Pane menulis puisi “Candi” (1927), “Ke Pantai” (1927), dan “Di Tepi Danau” (1927). Abdul Rivai yang menggunakan nama samaran Yudho S. menulis “Di Tepi Pantai” (1933); J.E. Tatengkeng menulis “Nelayan Sangihe” (1934); dan “Di Pantai Waktu Petang” (1934);; Anwar Rasjid atau Samadi menulis puisi “Di Tepi Danau Maninjau” (1941) dan “Musafir Mendaki Gunung” (1941); Rifai Ali menulis puisi “Ngarai Sianok” (1941) dan “Danau Maninjau”; dan Amir Hamzah menulis puisi “Batu Belah: Kabaran” (1937). Puisi-puisi promosi wisata masih ditulis oleh penyair-penyair kita sampai sekarang misalnya “Bunaken”  karya Leddy N. Rumansara; “Buat Ren Aoyama” karya Wisnu Handoko; “Jawa Tengah” karya Wawan Suprapto; “Pasar Gede” karya Katiman Atmo Wiyono; “Banyudono Malam” karya Sunarto Hidayat; dan masih banyak lagi.

Siaran ini berbentuk diskusi interaktif dan disiarkan secara langsung dari studio TVRI Jawa Tengah, Jalan Pucang Gading, Batursari, Mranggen, Demak. Penonton yang hadir di studio pada acara tersebut dalam Komunitas Seniman Grobogan dan beberapa masyarakat umum pecinta sastra. Pada acara tersebut penonton dapat berinteraksi langsung dengan pembicara, sedangkan pemirsa di rumah dapat berinteraksi dengan narasumber melalui saluran telepon (024) 6707500. 

 


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top