Perbedaan Gaya Bahasa Tulis dan Lisan
Gaya tulis atau lisan tidak hanya berkaitan dengan bagaimana bahasa itu diucapkan atau dituliskan. Akan tetapi, gaya tulis dan gaya lisan diklasifikasikan berdasarkan sifat alamiah bahasa yang digunakan (the nature of language). Pembagian gaya bahasa tulis atau lisan tidak semata-mata bersifat dikotomis, tetapi bersifat kontinum, yakni bahasa yang kita gunakan sehari-hari berada pada garis kontinum: antara lisan dan cenderung lisan, antara cenderung lisan dan lisan-tulis, antara lisan-tulis dan cenderung tulis, dan antara cenderung tulis dan tulis. Semua itu bergantung pada konteks situasinya.
Hal itu disampaikan oleh Retno Hendrastuti, S.S., M.Hum. dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam siaran interaktif di Radio Republik Indonesia Semarang dengan topik Perbedaan Gaya Bahasa Lisan dan Tulis pada Selasa, 24 Februari 2015, pukul 20.00-21.00. Siaran yang dipandu oleh Saudara Aris Budiyanto itu menghadirkan dua narasumber, yakni Retno Hendrastuti, S.S., M.Hum. dan Agus Sudono, M.Hum., peneliti di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.
Sementara itu, Agus Sudono, M.Hum. menjelaskan bahwa ciri-ciri gaya bahasa lisan atau tulis itu dibedakan menurut tingkat keabstrakan, keluwesan, dan kepadatan bahasa yang digunakan. Secara keseluruhan, bahasa lisan lebih konkret dan luwes, sedangkan bahasa tulis lebih abstrak dan padat. Dalam sistem kebahasaan, keabstrakan dan kepadatan bahasa dapat dilihat melalui sistem leksis, kepadatan leksikal, sistem klausa, sistem kelompok nomina, sistem gramatika, serta penggunaan aspek kohesi tertentu.
Agus Sudono, M.Hum. menambahkan bahwa penyimbolan langsung, misalnya, realitas benda disimbolkan menjadi kata benda, realitas keadaan direalisasikan dengan kata sifat, realitas aktifitas atau proses ditandai dengan kata kerja, dan hubungan logis disimbolkan dengan kata sambung. Contoh penyimbolan langsung dapat dilihat dalam kalimat berikut: Harimau itu mati ketika ditembak dengan peluru panas. Kata harimau dan peluru dalam realitas pengalaman merupakan benda atau sesuatu, dalam kalimat ini disimbolkan dengan kata benda. Demikian juga kata mati dan tajam, yang di dalam realitas merupakan keadaan atau sifat, diekspresikan ke dalam kata sifat dalam realitas simbol. Kata ketika, yang merupakan realitas logis yang berkaitan dengan hubungan waktu, direalisasikan ke dalam kata sambung. Adapun kata tertembak, yang di dalam realitas merupakan proses aktivitas, disimbolkan dengan kata kerja.