Telisik dan Selisik
Oleh Ema Rahardian
Jika diamati, banyak sekali kosakata nonbaku yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi, baik resmi maupun nonresmi. Kata telisik, misalnya, masih banyak digunakan di masyarakat, terutama di media massa. Bahkan, kata itu juga pernah menjadi salah satu judul program berita oleh salah satu televisi swasta di Indonesia. Penggunaan kata telisik dalam pemberitaan di media massa tampak dalam kutipan berikut ini.
(1) PPATK Telisik Transaksi Mencurigakan Hadi Poernomo (Tribunnews.com, Kamis, 1 Mei 2014, pukul 02:47 WIB)
Bahkan, adapula pemakaian kata menelisik yang dianggap sebagai derivasi kata telisik dalam sebuah kutipan berita media massa.
(2) Menelisik Perjalanan Panjang Jokowi Mencari Pendamping (Detiknews, Sabtu, 26 April 2014, pukul 07:58 WIB)
Kata telisik maupun menelisik seperti dalam kutipan itu bukan merupakan kata baku bahasa Indonesia. Lema telisik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:1427) disimbolkan dengan tanda panah (à). Tanda panah ini digunakan sebagai penanda untuk rujuk silang bagi lema yang tidak disarankan pemakaiannya. Dengan demikian, kata telisik merupakan salah satu lema nonbaku yang tidak disarankan pemakaiannya.
Rujuk silang dalam kata telisik tersebut mengacu pada kata selisik sehingga kata selisik merupakan bentuk baku dari telisik. Kata selisik berkategori verba dan bermakna singkap. Kata selisik itu dalam KBBI (2008:1254) memiliki dua derivasi, yaitu menyelisik dan penyelisikan. Kata menyelisik berkategori verba dan bermakna 1 menyingkap-nyingkap (rambut, bulu) untuk mencari kutu; mengutui: 2 ki mencari (keterangan dsb); mengusut dengan teliti; menyelidiki. Adapun kata penyelisikan berkategori nomina dan bermakna proses, cara, perbuatan menyelisik. Jika dilakukan pembenaran terhadap kutipan di media massa itu, kalimat yang benar sesuai dengan kaidah ialah sebagai berikut.
(1) PPATK Selisik Transaksi Mencurigakan Hadi Poernomo
(2) Menelisik Perjalanan Panjang Jokowi Mencari Pendamping
Penggunaan kata telisik sebagai alih-alih kata selisik merupakan salah satu fenomena penggunaan bahasa yang kurang cermat. Kecermatan dalam berbahasa dibutuhkan agar tidak terjadi ketaksaan, terutama penggunaan bahasa dalam media massa karena media massa memiliki peran yang penting dalam menyebarkan penggunaan bahasa yang baik dan cermat.
Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 4, Juli-Agustus 2014