MEMBANGKITKAN RASA CINTA TERHADAP BAHASA, SASTRA, DAN BUDAYA JAWA

Share link

Seiring perkembangan zaman, kecintaan terhadap bahasa, sastra, dan budaya Jawa akan selalu berubah. Rasa cinta akan semakin tinggi ketika bahasa, sastra, dan budaya Jawa dibutuhkan di dunia pendidikan dan dapat mencukupi kebutuhan hidup. Sebaliknya, jika bahasa, sastra, dan budaya Jawa tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, rasa cinta itu akan semakin rendah. Oleh karena itu, harus segera diupayakan langkah nyata agar rasa cinta itu tetap berkembang pada masyarakat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberi wadah berekspresi menggunakan bahasa Jawa, seperti majalah, sarasehan, dan pergelaran. Khusus mahasiswa jurusan Bahasa Jawa, perlu dicoba untuk memaparkan hasil pengkajian menggunakan bahasa Jawa. Hal itu perlu dilakukan agar mahasiswa tidak hanya memahami teori saja, tetapi dapat menggunakan bahasa Jawa dengan benar dan baik.

Rangkuman itulah yang dihasilkan dalam Sarasehan Basa lan Sastra Jawa dengan tema Nuwuhaken Raos Tresna dhumateng Basa, Sastra, lan Budaya Jawa, tanggal 10 September 2015 di Teater Terbuka Arga Budaya, Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sarasehan yang diprakarsai oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dan Jurusan Bahasa Jawa, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta tersebut dibuka oleh Dekan FIB UNS Surakarta, Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., pukul 19.30. Dalam sambutannya beliau menampaikan apresiasi yang tinggi atas keterjalinan kerja sama antara Balai Bahasa dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain itu, beliau juga menekankan bahwa bahasa Jawa harus dibiasakan penggunaannya agar benar-benar tertanam dalam jiwa masyarakat Jawa. Jika masyarakat tidak mau lagi menggunakan bahasa Jawa, sastra, dan budaya Jawa pun akan punah. Hal itu sejalan dengan yang disampaikan Drs. Suryo Handono, M.Pd., Koordinator Bidang Pengembangan, mewakili Kepalai Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, bahwa hidup atau matinya bahasa, sastra, dan budaya Jawa tergantung pada masyarakatnya.

Acara yang digelar sebagai puncak acara Purnama Sastra tersebut menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Drs. Sujono, M.Hum. yang memaparkan Greget Katresnan Panganggenipun Basa Jawi Krama tumrap Para Taruna ing Kota Surakarta dan Drs. Waridi Hendro Saputro, M.Si. yang memaparkan Pitutur Luhur ing Bebrayan Jawi minangka Raos Tresna dhumateng Basa lan Kabudayan. Diskusi dipandu oleh Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum. Untuk menyegarkan suasana, acara sarasehan diawali dengan pergelaran tari Gambyong Sukarena dan tari Klana Topeng gagrak Surakarta oleh mahasiswa jurusan Sastra Jawa dan ditutup dengan pergelaran keroncong De Java Orkestra.


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top