Oleh Ema Rahardian
Kata tagar akhir-akhir ini sering muncul dalam berbagai media di Indonesia seiring dengan semakin merebaknya penggunaan jejaring sosial, seperti Twitter, Google+, dan Facebook. Tagar merupakan akronim dari tanda pagar yang merujuk pada simbol #. Kemunculan simbol # kali pertama terjadi pada abad ke-12 dengan nama sharp. Simbol itu digunakan dalam industri musik untuk menaikkan not setengah nada. Pada tahun 1973 simbol itu kemudian dipatenkan oleh Laboratorium Bell menjadi simbol penghubung antarmuka telepon dengan komputer. Kini simbol # memiliki bermacam-macam nama dengan berbagai fungsi. Di Kanada simbol itu dikenal dengan number sign untuk menunjukan nomor, misalnya #1 yang merupakan singkatan dari nomor satu. Sementara itu, di negara-negara lain simbol itu disebut dengan hash key, hash sign, atau hash symbol yang biasa terdapat pada tombol pesawat telepon dan komputer .
Seiring perkembangan zaman, simbol itu kemudian digunakan kali pertama dalam dunia maya pada tahun 2009. Ketika itu jejaring sosial Twitter menuliskan tautannya menggunakan simbol # yang disebut dengan hashtag. Simbol itu terletak sebelum kata yang dianggap penting oleh penulis untuk mengelompokkan suatu pesan pada media sosial agar pesan tersebut mudah dicari. Selain itu, simbol # juga digunakan untuk menandai pesan individu yang berhubungan dengan kelompok dan topik tertentu.
Di Indonesia, simbol # disebut dengan tagar sebagai singkatan tanda pagar. Kata tagar pertama muncul dalam tulisan blog yang ditulis oleh @heyDian dan @alderina pada 9 Juni 2010 sebagai upaya pengindonesiaan istilah asing. Sebenarnya, lema tagar sudah ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan makna (bunyi) guruh atau guntur (2008:1374). Akan tetapi, lema tagar yang mengacu pada tanda pagar belum ada dalam KBBI karena pengindonesiaan kata hashtag menjadi tagar merupakan sesuatu yang baru.
Pembaruan lema dengan menambahkan homonim dapat saja terjadi karena bahasa itu berkembang sesuai dengan perkembangan budaya penuturnya. Penambahan makna pernah terjadi pada kata canggih. Awalnya, kata canggih bermakna suka mengganggu, ribut, dan bawel. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, kata canggih diberi makna baru, yaitu kehilangan kesederhanaan yang asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang); banyak mengetahui atau berpengalaman (dalam hal-hal duniawi); dan bergaya intelektual. Makna baru itu muncul agar dapat menampung konsep yang disandang oleh kata sophisticated. Dengan demikian, penambahan homonim lema tagar yang mengacu makna tanda pagar dapat dilakukan untuk merujuk simbol #.
Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 6, November-Desember 2014