Sumpah Pemuda merupakan dasar yang kukuh bagi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, yang kemudian berkembang menjadi bahasa negara, bahasa resmi, dan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Setelah 88 tahun menjadi bahasa persatuan, bahasa Indonesia memperlihatkan ciri-cirinya sebagai alat komunikasi yang mutlak diperlukan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri sebagai bahasa yang “tahan uji” dalam mempersatukan berbagai suku bangsa yang berbineka.
Bahasa Indonesia telah berkembang dengan baik. Bahasa Indonesia telah memenuhi tuntutan sebagai bahasa cendekia atau bahasa pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui sebuah perjalanan pembakuan sistem bahasa, istilah, dan pengembangan kosakata. Pembakuan sistem bahasa dilakukan dengan penyusunan tata bahasa baku, kaidah ejaan, dan kaidah pembentukan istilah. Sementara itu, perkembangan bahasa Indonesia di luar negeri menunjukkan kondisi yang membanggakan. Bahasa Indonesia sangat diminati oleh dunia internasional. Bahasa Indonesia sudah dipelajari dan digunakan di 73 negara. Setakat ini, ada 219 lembaga di dunia yang mengajarkan bahasa Indonesia. Hal itu merupakan modal untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan globalisasi, pemakaian bahasa Indonesia mengalami pergeseran yang disebabkan oleh penggunaan bahasa asing dan bahasa gaul yang makin marak di segala aspek kehidupan. Media elektronik maupun media luar ruang telah dibanjiri penggunaan bahasa asing dan bahasa gaul. Hal itu tentu saja dapat merusak bahasa nasional Indonesia.
Dualisme perkembangan itu memang merupakan dinamika dan konsekuensi bahasa yang hidup. Akan tetapi, bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berkedudukan tinggi bahasa Indonesia harus dipupuk dan disemaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab agar benar-benar dapat menjadi “cermin” bangsa Indonesia.
Itulah ringkasan Siaran Bina Bahasa dan Sastra di TVRI Jawa Tengah, 25 Oktober 2016, pukul 15.00–16.00. Siaran tersebut terselenggara atas kerja sama Balai Bahasa Jawa Tengah dan TVRI Jawa Tengah. Pada kesempatan itu dihadirkan dua narasumber dari Balai Bahasa Jawa Tengah, yaitu Drs. Suryo Handono, M.Pd. dan Kahar Dwi Prihantono, S.S., dan dipandu oleh Nani Widyawati. Selain itu, dihadirkan pula siswa dan guru SMA Negeri 5 Semarang sebagai audien dan pengisi musik selingan.