Bahasa merupakan suatu keterampilan yang harus diasah secara terus menerus. Demikian halnya dengan bahasa Jawa. Jika digunakan setiap hari, kemampuan seseorang dalam menuturkan bahasa Jawa akan semakin lancar. Hal tersebut disampaikan oleh Drs. Pardi, M.Hum, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, saat menjadi narasumber Siaran Bina Bahasa TVRI Jawa Tengah, Selasa 22 November 2016, pukul 15.00-16.00. Acara yang dipandu oleh Saudara Tego Hutomo mengangkat tema “Upaya Mekaraken Basa lan Sastra Jawa Pasca Kongres Basa Jawa VI lan Kongres Sastra Jawa IV “.
Pada kesempatan itu, Drs. Pardi, M.Hum. juga mengajak masyarakat penutur bahasa Jawa, terutama anak-anak usia muda, untuk tidak takut dan malu menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa Jawa merupakan aset yang dimiliki masyarakat Jawa. Jika bukan orang Jawa sendiri, siapa lagi yang akan menjaga kelestarian bahasa Jawa.
Sementara itu, Dra. Sri Prastiti Kusuma Anggraheni, M.Pd., dosen bahasa Jawa Universitas Negeri Semarang, yang juga menjadi narasumber pada acara tersebut menyampaikan bahwa bahasa Jawa memiliki etika yang harus diperhatikan oleh penuturnya. Etika-etika tersebut harus diajarkan kepada masyarakat baik secara formal dan informal. Pembelajaran etika secara formal dapat dilakukan melalui sekolah, sedangkan secara informal dapat dilakukan melalui pendidikan dalam keluarga. Selain itu, etika dalam berbahasa Jawa juga dapat diajarkan melalui komunitas-komunitas yang ada dalam masyarakat.
Selanjutnya, kedua narasumber juga menyampaikan bahwa untuk menumbuhkan bahasa dan sastra Jawa dapat dilakukan dengan memerhatikan beberapa hal, yaitu adanya apresiasi budaya atau saling menghargai dan menghormati budaya lain; pembelajaran bahasa dan sastra harus memerhatikan lingkungan budaya, sosial, dan alam; pembelajaran keterampilan berbahasa Jawa tidak hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga; membiasakan berbahasa Jawa secara lisan dan tulisan; memanfaatkan teknologi dan media sosial sesuai dengan perkembangan zaman.