PENYULUHAN BAHASA INDONESIA DI KABUPATEN KEBUMEN Pentingnya Keterampilan Berbahasa Indonesia Guru sebagai Piranti Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, bahasa Indonesia selalu digunakan sebagai bahasa pengantar, kecuali beberapa mata pelajaran khusus. Oleh karena itu, selain penguasaan substansi, keterampilan berbahasa Indonesia guru menjadi hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Mata pelajaran yang sulit akan menjadi mudah jika disampaikan dengan “cara berbahasa” yang mudah. Sebaliknya, pelajaran yang mudah justru akan menjadi sulit jika disampaikan dengan “gaya berbahasa” yang sulit, apalagi berbelit-belit. Hal itu harus disadari oleh semua guru jika ingin kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya sukses.
Kesadaran akan hal itulah yang menjadikan antusias empat puluh guru SD dari 25 kecamatan di Kabupaten Kebumen antusias mengikuti Penyuluhan Kemahiran Berbahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah pada 6–8 Maret 2018 di Hotel dan Restoran Candisari, Kebumen. Antusiasme mereka terlihat melalui ketepatan waktu kehadiran serta keseriusan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen, H.A. Ujang Sugiono, dalam sambutannya menyatakan bahwa setelah mengikuti kegiatan penyuluhan seluruh peserta diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam berbahasa Indonesia. Hal itu tidak hanya penting dalam proses belajar mengajar di kelas, tetapi juga penting dalam kaitannya dengan jabatan sebagai guru profesional. “Bukankah tugas guru bukan hanya mengajar, melainkan juga menulis KTI sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat/jabatan?” jelasnya dengan retoris.
Pada sisi lain, Kepala Dinas juga berharap agar guru-guru yang mendapat kesempatan ini kelak dapat memberikan “virus positif” kepada sesama guru di sekolah masing-masing. Hal itu penting karena, kesempatan seperti ini jarang didapatkan. Oleh karena itu, seluruh peserta (guru) yang memiliki kewajiban mencerdaskan anak-anak bangsa ini diminta serius mengikuti kegiatan sampai selesai.
Harapan tersebut terwujud seluruh peserta selama tiga hari tampak bersungguh-sungguh. Diskusi dan tanya jawab demikian hidup pada saat para penyuluh/narasumber (Poetri Mardiana S., Agus Sudono, Sutarsih, M. Fikri, dan Kustri Kusmiyardana) menyampaikan materi suluh (ejaan bahasa Indonesia, bentuk dan pilihan kata, kelimat efektif, apresiasi sastra, dan ekspresi tulis). Pada akhir kegiatan mereka berpesan dan berharap agar kegiatan semacam ini segera diadakan lagi. *** (Retno Hendrastuti/ER/SH).