Balai Bahasa Jawa Tengah Gelar Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Guru Sekolah Dasar di Favehotel Rembang

Share link

Balai Bahasa Jawa Tengah pada 2018 menggelar salah satu program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra di Kabupaten Rembang. Program tersebut menyasar guru sekolah dasar. Program tersebut diharapkan menghasilkan guru sekolah dasar yang terbina kemahiran literasi berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, Balai Bahasa Jawa Tengah menggandeng Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Rembang dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut. Tidak tanggung-tanggung kegiatan tersebut dilaksanakan di Favehotel Rembang.

Aula Raflesia 1, Favehotel, yang berukuran sekitar 15 m X 15 m, terasa nyaman dengan adanya penerangan dan penyejuk udara, karpet merah yang terhampar, tanaman hias di sudut ruangan, serta kursi dan meja yang tertata rapi lengkap dengan selubung kain kelabu. Empat puluh kursi dan meja yang diatur berderet tiga pun dipenuhi para guru sekolah dasar Kabupaten Rembang. Sejak pukul 07.00 peserta berdatangan. Tempat yang nyaman tersebut menjadikan peserta betah duduk hampir delapan jam untuk mengikuti paparan narasumber.

Antusiasme peserta tidak hanya saat mengisi lembar kehadiran, mereka juga mengajukan pertanyaan kepada narasumber dengan penuh semangat. Bahkan tidak hanya pertanyaan, tetapi saran dan keluhan pun disampaikan. Kegiatan Penyuluhan Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan yang diselenggarakan Balai Bahasa Jawa Tengah itu penuh dengan keingintahuan peserta. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu-Kamis, 18-20 April 2018 itu dimulai dari pukul 08.00 hingga 16.00 dan tidak pernah sepi dari pertanyaan peserta kepada narasumber.

Dalam sambutannya, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Tirto Suwondo, mengingatkan kepada peserta untuk aktif berdiskusi. Tirto menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bernama penyuluhan sehingga bersifat mengingatkan kembali, bukan kegiatan belajar-mengajar. Selain itu, dia menambahkan bahwa selama ini persoalan bahasa kurang diperhatikan. Orang merasa bahwa bahasa yang dipergunakan sudah benar, padahal masih ada yang harus dibenahi. Pernyataan Tirto tersebut diakui oleh peserta dan pejabat dinas pendidikan yang hadir dalam upacara pembukaan.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Rembang, Mardi, menyatakan bahwa pihaknya sangat berterima kasih atas terpilihnya guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Rembang menjadi peserta kegiatan. Lebih lanjut Mardi berharap kegiatan serupa dapat diadakan lagi di Kabupaten Rembang dengan meningkatkan jumlah dan jenis peserta. Sebelum membuka acara secara resmi, Mardi menyampaikan sebuah pantun yang intinya adalah imbauan untuk membeli produk Kabupaten Rembang sebagai oleh-oleh. Beberapa barang yang perlu dibeli di Rembang sebagai oleh-oleh, misalnya; srepeh, kela mrica, lontong tuyuhan, dan batik.

Imbauan orang nomor satu di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Rembang tersebut bukan tanpa alasan. Rembang merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya merupakan pantai. Oleh karena itu, penduduk Rembang banyak yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Kela mrica merupakan sejenis masakan berkuah yang bahannya dari ikan manyung. Masakan tersebut sangat populer dan terkenal di Rembang dan daerah-daerah lain di sekitarnya.

Kondisi alam di Rembang sangat dipengaruhi oleh musim. Setelah Juni, Rembang biasanya dilanda kemarau panjang. Udara terasa panas. Sepanjang mata memandang hanya melihat kegersangan, tanpa hijau rumput atau dedaunan. Hal itulah yang menjadikan sebagian penduduk Rembang harus memiliki mata pencaharian lain selain bertani. Mereka memilih membatik sebagai jalan untuk menopang hidup. Ada juga yang memiliki usaha di bidang kuliner, yaitu sebagai pedagang satai srepeh dan lontong tuyuhan, sayur opor khas masyarakat Rembang.

 

 


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top