Guru Nonbahasa Perlu Melek Bahasa dan Sastra

Share link

 

Bahasa mempunyai peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional anak didik. Dalam hal ini bahasa menjadi kunci keberhasilan anak didik dalam mempelajari semua mata pelajaran. Untuk itu, sebagai pendidik, guru perlu paham tentang bahasa dan sastra demi menunjang proses pembelajaran.

Kesadaran atas perlunya guru melek bahasa dan sastra ini dipahami sepenuhnya oleh Balai Bahasa Jawa Tengah. Oleh karena itu, Balai Bahasa Jawa Tengah kembali mengadakan Penyuluhan Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan. Kali ini yang disasar adalah guru nonbahasa SMP di Kabupaten Magelang. Selama tiga hari, 7-9 Mei 2018, empat puluh guru diajak untuk melek terhadap bahasa dan sastra Indonesia melalui kegiatan ini di hotel Safira, Magelang.

Tirto Suwondo mengungkapkan, kegiatan ini memang ditujukan kepada guru nonbahasa untuk meningkatkan kemahiran dalam berbahasa. Sebagai pendidik, guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana dalam pembelajaran, kecuali mata pelajaran bahasa daerah dan asing yang diharuskan menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia.

Fungsi bahasa Indonesia dalam pendidikan terangkum dalam UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. “Secara umum permintaan pemerintah yang tergambar dalam slogan bahasa Indonesia itu wajib, bahasa daerah itu pasti, dan bahasa asing itu perlu”, ungkap Tirto. Slogan itu menggambarkan bagaimana posisi bahasa-bahasa di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional wajib digunakan oleh bangsa Indonesia. Sementara itu, bahasa daerah sebagai bahasa yang turun temurun pasti digunakan oleh berbagai suku di Indonesia. Terakhir, bahasa asing perlu dikuasai untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat internasional.

Dalam kegiatan tersebut, peserta disadarkan akan pentingnya bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Tidak hanya bahasa, sastra pun ternyata mampu digunakan sebagai sarana untuk penyampai materi. Salah satu peserta, Denik Isrowati, guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Muntilan, mengungkapkan ketika mengajar dia telah mengajak anak didik untuk membaca puisi. Itulah bukti bahwa bahasa dan sastra Indonesia mampu menjadi penghela ilmu pengetahuan, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.

Peserta yang notabene tidak berlatar belakang bahasa itu, meski tertatih, semakin hari semakin antusias menerima materi dari narasumber Balai Bahasa Jawa Tengah. Mereka diajak untuk semakin paham tentang penggunaan ejaan, bentuk dan pilihan kata, dan kalimat. Tidak hanya itu, peserta juga mengapresiasi cerpen agar mereka semakin mampu mengasah pikiran dan batin. Terakhir, peserta menuangkan apa yang ada dalam benaknya melalui tulisan. Di sesi terakhir itu, ilmu dan informasi yang telah disegarkan dan diperoleh peserta di sesi sebelumnya dapat dipraktikkan melalui tulisan.

 

 


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top