Pencerahan Bahasa di Pusat Kota
Para peserta terheran-heran saat mendengar kata kudapan. Mereka merasa asing dengan kata tersebut. Suryo Handono lalu menjelaskan bahwa kudapan merupakan kata baku untuk menggantikan istilah asing snack. Kata-kata lain juga diperkenalkan misalnya pelantang untuk menggantikan kata microphone, laman untuk menggantikan website, daring untuk menggantikan online, dan luring untuk menggantikan offline.
Peristiwa itu terjadi pada awal penyuluhan yang diselenggarakan Balai Bahasa Jawa Tengah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang. Kegiatan bertajuk “Penyuluhan Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan (Guru Sekolah Dasar) Kota Semarang” itu diselenggarakan di ruang Dahlia Hotel Star pada 29–31 Agustus 2018.
Selama tiga hari empat puluh guru SD naik turun ke lantai 5 hotel yang terdapat di pusat kota itu. Mereka antusias mengikuti paparan narasumber. Selain Drs. Suryo Handono, M.Pd., narasumber lainnya adalah Esti Apisari, S.Pd., Enita Istriwati, S.Pd., Retno Hendrastuti, S.S., M.Hum., Desi Ari Pressanti, S.S., M.Hum., dan Emma Maemunah, S.Pd., M.Hum. Selain berkutat dengan seluk beluk bahasa Indonesia, di hari terakhir para peserta diajak mengapresiasi karya sastra dan berlatih menulis karya ilmiah.
Para peserta merasa senang dapat mengikuti acara itu. Mereka sadari, ternyata banyak penggunaan bahasa di sekeliling yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia. Banyak tulisan di ruang publik yang menyalahi logika dan terkadang menggelikan.
Meskipun bekerja dan berdomisili di pusat pemerintahan Jawa Tengah, mereka mengaku belum pernah mendapat penyuluhan berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, banyak harapan yang diminta ke Balai Bahasa Jawa Tengah. Harapan-harapan itu, antara lain, penyuluhan dilakukan berkelanjutan setiap tahun, peserta ditambah sehingga dapat mencakup guru yang lebih banyak, dan penyuluhan dilakukan sampai di UPTD atau wilayah kecamatan. Mereka merasa mendapat pengetahuan baru tentang bahasa Indonesia yang selama ini diabaikan.