Panu atau Panau?
Lembar Informasi Kebahasaan dan Kesastraan Edisi 1, Januari–Juni 2020
Oleh Sri Wahyuni, S.S.
Dalam percakapan sehari-hari kita lazim menggunakan kata panu untuk menyebut ‘noda atau bercak-bercak putih pada kulit manusia’. Jika noda atau bercak putih itu muncul di muka, kepercayaan diri seseorang dapat turun seketika. Penyakit kulit ini bahkan sering digunakan sebagai bahan olok-olokan dalam kalimat satir. Contohnya sebagai berikut.
- Seperti menyembuhkan penyakit, mengobati korupsi pun mesti mencari dulu penyebabnya. Kanker tak sembuh diberi salep panu. (Sumber: https://antikorupsi.org/en/news/obat-korupsi-bukan-salep-panu diakses pada 10 Januari 2020).
- Tingkah polah artis menjadi menu utama, dari kawin cerai sampai penyakit panu dibahas tuntas, mendetail diinvestigasi sampai akar. (Sumber: https://www.kompasiana.com/emshofi/55109acd813311c12cbc736c/koruptor-harusnya-di-syahrini-kan diakses pada 10 Januari 2020).
Dari contoh kalimat tersebut, terlihat bahwa panu termasuk penyakit ringan dan tidak membahayakan. Meskipun demikian, sakit panu cukup mengganggu kenyamanan dan penampilan seseorang. Bahkan, banyak orang menganggap penyakit ini memalukan karena hal itu berkaitan dengan masalah kebersihan. Namun, tahukah Anda bahwa ejaan kata panu tidak baku?
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, ejaan kata yang benar dan baku adalah panau, bukan panu. Kata panau berasal dari bahasa Portugis pano. Kata ini kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi panau. Kata panau termasuk dalam kelas kata nomina yang memiliki makna ‘noda atau bercak-bercak putih pada kulit manusia’ (biasanya berasa gatal kalau berpeluh), ada bermacam-macam, seperti — besi, — bunga, — lekir, — mengkarung’.
Penggunaan bentuk panu atau panau mungkin tidak akan memengaruhi pemahaman kita dalam berkomunikasi. Namun, sebagai penutur bahasa Indonesia sudah selayaknya kita taat asas dengan membiasakan diri menggunakan bentuk baku. Selain dapat menjaga muruah bahasa Indonesia, mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan asasnya, juga dapat digunakan sebagai refleksi cinta tanah air dan bangsa ini.