Pelestarian Bahasa dan Sastra Jawa dengan Pemanfaatan Media Digital
Agus Sudono
Bahasa dan sastra daerah harus dilindungi karena bahasa bukan sekadar sekumpulan kata atau seperangkat kaidah tata bahasa. Yang lebih penting, bahasa merupakan khazanah berbagai refleksi pemikiran dan pengetahuan.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, dalam diskusi daring “Urgensi Peran Generasi Milenial terhadap Pelestarian Bahasa dan Sastra Jawa” pada Sabtu (21/08/2021) melalui ruang virtual Zoom Meeting. Diskusi ini merupakan kerja sama antara Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM) Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Ganjar menjelaskan, setiap tahun beberapa bahasa daerah terancam punah atau mengalami penurunan status. “Kehilangan bahasa berarti kehilangan daya kreativitas dan keberagaman intelektualitas sebagai realisasi kemanusiaan,” kata Ganjar.
Sementara itu, narasumber Dhiya Restu Putra, inisiator Taman Baca Masyarakat (TBM) Dalem Pasinaon, Surakarta, mengatakan, generasi milenial adalah generasi yang lahir di antara tahun 1980-an sampai 2000-an yang kehidupannya tidak terlepas dari teknologi.
“Sebelum saya mengetahui tentang definisi budaya itu apa, saya masih mengkhususkan budaya itu ialah hal-hal yang berkaitan dengan tradisi,” ujarnya.
Mahasiswa UNS itu mengungkapkan, budaya dimaknai sebagai suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dhiya mengajak generasi milenial agar peduli dan lebih mencintai budaya bangsa sendiri.
“Budaya itu sangatlah luas. Berdasarkan beberapa sistem budaya, pembahasan mengenai bahasa menjadi poin utama. Penggunaan bahasa daerah yang ada dalam kehidupan masayarakat sangat penting agar bahasa kita tidak punah,” tambahnya.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Emi Triani itu, Dhiya menyebutkan, kegiatan-kegiatan untuk melestarikan bahasa dan sastra Jawa yang bisa dilakukan adalah literasi bahasa dan sastra Jawa, berkesenian budaya Jawa, kegiatan sosial di bidang budaya Jawa, berbahasa Jawa dalam pergaulan, serta memanfaatkan media digital.
Penyunting: Esti Apisari
(asa/est/akh)