Generasi Milenial Menentukan Eksistensi Bahasa Jawa
Agus Sudono
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Koordinasi Calon Pengajar Penyusunan Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di Sekolah Se-Jawa Tengah di Hotel Griya Persada, Bandungan, pada 3—5 September 2021. Koordinasi ini diikuti oleh 30 orang yang terdiri atas pengajar dari beberapa perguruan tinggi di Jawa Tengah, antara lain Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, serta guru-guru SMP di Jawa Tengah dan peneliti di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, mengatakan bahwa generasi milenial memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap eksistensi bahasa daerah. Hasil penelitian vitalitas bahasa Jawa di Jawa Tengah pada tahun 2019 dengan sampel delapan wilayah perbatasan menyebutkan bahwa bahasa Jawa berstatus rentan.
“Rentan dalam hitungan angka vitalitas masuk dalam status ‘stabil tetapi perlu dirawat’. Status itu sepertinya dalam posisi aman. Akan tetapi, jika dibiarkan status itu akan bergerak pada kemunduran dan kemudian terancam,” kata Ganjar dalam diskusi Koordinasi Calon Pengajar Penyusunan Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di Sekolah Se-Jawa Tengah di Hotel Griya Persada, Bandungan (5/9/2021).
Apabila hal itu terjadi, lanjut Ganjar, nasib bahasa Jawa hanya akan lekat di ingatan, tetapi kian lama menghilang. Salah satu hal yang layak dijadikan bahan diskusi adalah penggunaan bahasa Jawa sebagai muatan lokal di sekolah di kabupaten/kota di Jawa Tengah.
“Materi muatan lokal bahasa Jawa, salah satunya, adalah tulisan aksara Jawa. Jika dihitung dengan jari, penutur Jawa yang menguasai aksara Jawa mungkin tidak lengkap lima jari di satu sekolah,” tambahnya.
Ganjar menyatakan bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah mengupayakan model pelindungan bahasa dan sastra Jawa sebagai sumbangan signifikan dalam upaya pelindungan dan pengembangan bahasa dan sastra daerah. Bahasa dan sastra daerah merupakan aset yang memiliki peran signifikan dalam memperkaya aset budaya nasional.
“Kami akan menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu pada bulan Oktober 2021 sehingga menghasilkan tunas-tunas bahasa ibu di Jawa Tengah. Untuk itu, kami akan mengawalinya dengan Pelatihan Guru Master Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Tunas Bahasa Ibu ,” tandasnya.
Sementara itu, Supardjo, dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta, mengatakan bahwa aksara Jawa memang tidak digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari sebagaimana aksara Jepang, misalnya. Oleh karena itu, diperlukan pola pengajaran yang lebih inovatif agar generasi muda tertarik belajar aksara Jawa.
“Selain aksara Jawa, penguasaan bahasa Jawa juga berkaitan dengan sastra dan budaya Jawa yang perlu diperkenalkan kepada generasi muda. Banyak ragam sastra Jawa yang memiliki nilai moral yang bisa diturunkan dan menjadi bekal pendidikan moral generasi muda,” ujar pakar bahasa dan sastra Jawa itu.
(asa/est)
Sangat menarik sekali jika saya bisa ikut pelatihan sehingga say sebagai pendidik bisa bertambah wawasan tentang bahasa jawa