Emma Maemunah


Mahasiswa magang Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah mengadakan webinar #SeriMagangBerkarya dengan tema “Liku-Liku Penjurubahasaan” yang diadakan secara daring melalui aplikasi Zoom pada Senin, 8 November 2021. Sebanyak 66 peserta yang tertarik pada bidang juru bahasa dan penerjemah dari beberapa perguruan tinggi mengikuti webinar tersebut.
Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang, Fatma Hetami, M.Hum., mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresisasi kegiatan ini karena dapat menambah pengetahuan serta skill mahasiswa yang mungkin belum didapatkan pada masa kuliah. Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, menyatakan bahwa sejalan dengan program Kampus Merdeka Kemendikbudristek, program magang di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah ini akan membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam bekerja, selain keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi
Webinar “Liku-Liku Penjurubahasaan” menghadirkan dua narasumber, yakni Pandu Perdana Putra, S.Pd., pendiri Guide English Institute, dan Maulidyawan Dian Danendra, S.Pd., interpreter lepas serta anggota Himpunan Penerjemah Indonesia.
Untuk dapat terjun ke dalam dunia penerjemahan dan penjurubahasaan, Pandu Perdana Putra, S.Pd. menjelaskan bahwa seorang juru bahasa harus banyak berlatih dan mencari forum.
“Selain berlatih sendiri, memiliki forum untuk berbagi dan belajar bersama dapat meningkatkan kemampuan. Oleh karena itu, peminat bisa mendaftar sebagai anggota muda Himpunan Penerjemah Indonesia,” jelasnya.
Dalam penerjemahan dan penjurubahasaan, terdapat macam-macam teknik yang dapat dipakai. Maulidyawan Dian Danendra, S.Pd. menjelaskan, untuk memperoleh makna yang tepat, penerjemah dapat mengombinasi teknik-teknik penerjemahan.
“Saya biasanya memakai dua sampai tiga teknik untuk menerjemahkan,” jelas Maulidyawan.
Selain itu, lanjut dia, untuk menerjemahkan maupun menginterpretasi, penerjemah dan penjuru bahasa menemukan kesulitan di lapangan. Bagi Pandu, rancunya teks pada dokumen klien mengharuskan dirinya bertanya kepada klien untuk memastikan konteks dari teks tersebut.
“Tata bahasa suatu dokumen milik klien tidak selalu sempurna dan bisa langsung diterjemahkan, kadang saya menemui ketidaksinambungan antarkalimat atau paragraf. Saya biasanya bertanya kembali kepada klien apa maksud dari isi dokumen tersebut,” imbuhnya.
Sementara itu, bagi Maulidyawan, kendala yang juga ditemui seorang juru bahasa adalah ketika dia menemui pertanyaan yang dapat memicu ketidaksenangan salah satu pihak.
“Klien saya pernah ditanya apa agamanya oleh warga lokal. Mungkin hal tersebut biasa untuk kita, tetapi pasti beda dengan WNA yang mempunyai kultur berbeda dengan kita. Biasanya, jika seperti itu, saya siasati dengan mengalihkan topik yang mendekati, tetapi tidak bertanya secara gamblang,” jelasnya.
Maulidyawan memberikan dorongan kepada peserta webinar yang ingin serius dalam penerjemahan atau penjurubahasaan.
“Pekerjaan ini masih belum bisa digantikan dengan teknologi mesin atau robot, seperti yang dikhawatirkan oleh masyarakat umum,” tambahnya.
Editor: Agus Sudono
(mma/asa/est)