Mahasiswa Magang UPGRIS Gelar Webinar, Bahas Kesantunan Berbahasa Peserta Didik
Agus Sudono
SEMARANG, balaibahasajateng.kemdikbud.go.id – Kesantunan berbahasa merupakan salah satu faktor penting dalam berkomunikasi. Dengan bahasa yang santun, komunikasi antarindividu menjadi semakin baik sehingga perkelahian antarpelajar bisa diminimalkan.
Hal itu menjadi alasan Ika Shofia Rani, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Semarang, bersama kawan-kawannya melakukan penelitian kebahahasaan. Penelitian itu kemudian dipublikasikan dalam Webinar Artikel Bahasa dan Sastra bertema “Berbahasa Sehat, Bersastra Hebat” melalui aplikasi Zoom pada 15 Januari 2022. Webinar yang dihadiri sekitar 175 peserta itu digelar atas kerja sama Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Semarang.
Ika bersama kedua temannya, Miftahul Ulum dan Miladia Nur Aini, meneliti kesantunan berbahasa di kalangan peserta didik SMA Negeri 11 Semarang. Penelitian itu dilakukan dengan maksud agar peristiwa tutur yang menunjukkan kesantunan berbahasa bisa menjadi contoh kasus betapa penting masyarakat tutur menjaga kesantunan dalam berbahasa. Penelitian itu dilakukan Ika bersama teman-temannya selama mengikuti program magang mahasiswa di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.
“Bentuk tuturan yang mengutamakan prinsip kesantunan dalam berbahasa mencerminkan adanya pemanfaatan prinsip kesantunan di dalam maksim kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, pemufakatan, dan simpati,” kata mahasiswa UPGRIS semester VII itu saat menjadi narasumber webinar pada 15 Januari 2021.
Adapun mahasiswa magang yang lain, Imam Abil Fida dan Nafiatul Baqoiyah, menyampaikan hasil penelitiannya tentang gaya bahasa di dalam antologi puisi karya siswa SMA CT Arsa Foundation, Sukohajo, Jawa Tengah. Ditemukan 138 data gaya bahasa dalam antologi puisi siswa SMA Musim Panas di Ujung Bibir.
“Gaya bahasa atau majas itu, antara lain, majas persamaan, majas pertentangan, majas sindiran, majas penegasan. Majas persamaan terdiri atas personifikasi, metafora, majas simile, hiperbola, dan alegori. Majas pertentangan terdiri atas paradoks, litotes, dan antithesis. Majas sindiran terdiri atas ironi dan sarkasme. Majas penegasan terdiri atas pleonasme, repitisi, dan paralelisme,” kata mahasiswa yang biasa dipanggil Abil itu.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, mengatakan bahwa mahasiswa magang perlu didorong menghasilkan produk. Dengan demikian, magang mahasiswa sebagai program merdeka belajar tidak hanya sekadar mendapat pengalaman bidang kerja, tetapi juga berguna sebagai portofolio untuk mencari kerja.
“Fokus mahasiswa magang di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, antara lain, sastra, bahasa, dan budaya. Dengan begitu, mahasiswa dapat mendalami bidang itu dengan bekal ilmu yang diperoleh di bangku kuliah,” ujar Ganjar. (ans)
Editor: Ema Rahardian