Apresiasi Karya Sastra Jawa Tengah, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Gelar Bincang Sastra Bedah Novel Ketapel
Galuh Ayuning Tyas
SEMARANG, balaibahasajateng.kemdikbud.go.id — Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, menyelenggarakan Bincang Sastra Bedah Novel Ketapel Karya Wardjito Soeharso. Bincang sastra itu digelar secara daring melalui Zoom pada Sabtu, 9 April 2022. Acara tersebut menghadirkan Ketua Program Studi Sastra Indonesia, FIB Undip, Dr. Sukarjo Waluyo, dan Citra Aniendita Sari, M.Hum. sebagai pembedah.
Acara bedah novel yang dimoderatori Galuh Ayuning Tyas itu dimulai dengan pengantar dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, yang diwakili oleh Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Alamsyah.
Dalam pengantarnya, Alamsyah berharap acara itu dapat membuat mahasiswa tertarik untuk menghasilkan karya atau menyusun kritik sastra yang akan berdampak pada akreditasi program studi.
“Kegiatan ini sangat konstruktif dan produktif dalam merangsang dan membekali mahasiswa, tidak hanya dalam tataran teoretis, tetapi juga masuk tataran implementatif,” ujar Alamsyah.
Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, mengatakan bahwa selama ini mahasiswa magang di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah telah dibimbing untuk menghasilkan karya, baik berupa produk penerjemahan maupun penelitian, dan di akhir magang mahasiswa magang mengadakan webinar.
“Kerja sama yang terjalin dengan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, telah kami tindaklanjuti. Kami terus menggalang kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga bahasa dan sastra,” kata Ganjar.
Ganjar juga berharap acara bedah novel itu menjadi apresiasi bagi sastrawan-sastrawan di Jawa Tengah dan karyanya. “Apa yang kami ulas tentang novel Ketapel sejatinya merupakan bentuk apresiasi kami terhadap karya sastra,” tambahnya.
Acara bedah novel itu dilanjutkan dengan pemaparan proses kreatif penciptaan novel Ketapel oleh Bapak Wardjito Waluyo. Wardjito mengatakan bahwa novel yang ditulisnya merupakan upaya untuk memotret kondisi Indonesia melalui karya fiksi.
Dalam ulasannya Sukarjo Waluyo mengatakan bahwa novel Ketapel merupakan sekumpulan memori yang tergambar melalui simbol-simbol, keperpihakan, dan pada akhirnya memunculkan identitas.
Pengulas lain, Citra Aniendita menyatakan bahwa novel Ketapel itu masih bisa dibuat berseri. Petualangan Joko dan teman-temannya masih bisa dikembangkan.
Di akhir acara, penulis novel Ketapel, Wardjito, menerima ulasan-ulasan dari para pembedah dan berharap dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
“Masukan yang bagus saya kira. Novel saya selanjutnya akan saya coba lebih ‘nendang’,” ungkapnya.
Editor: Agus Sudono
(slm)