Adakan Lokakarya Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Hadirkan Penulis dan Ilustrator

Share link

Muwafaqoh Ni’amillah, Bilqis Anissatus Salsabila, Putri Wahyu Hutami

SEMARANG, balaibahasajateng.kemdikbud.go.id — Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah mengadakan Lokakarya Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak pada Senin (1/08). Lokakarya tersebut merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan. Kegiatan berlangsung di Hotel Horison Nindya Semarang. Peserta utama pada kegiatan tersebut, yaitu pemenang lomba sayembara cerita anak yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah pada Maret–April lalu. Selain penulis dan penerjemah, lokakarya tersebut juga menghadirkan ilustrator, penyunting, dan peserta dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Dalam pembukaan lokakarya tersebut, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Harimansyah mengatakan, “Sayembara Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu kegiatan yang menyokong gerakan literasi. Untuk menghasilkan buku literasi yang baik dan berbobot, melalui sayembara dan lokakarya ini disatujiwakan antara penulis dan penerjemah, ilustrator, serta penyunting.”

Mulasih Tary dalam paparannya menjelaskan prinsip dasar penulisan dan penerjemahan cerita anak harus memperhatikan faktor penentu keterbacaan, faktor penyebab keterbacaan buruk, tahapan perkembangan kemampuan membaca, prinsip dasar penerjemahan cerita anak, dan kriteria penerjemahan buku yang baik.

“Penulisan cerita anak seharusnya memperhatikan pesan yang disampaikan, misalnya unggah-ungguh bahasa dalam bahasa Jawa antara yang lebih tua kepada yang lebih muda dan sebaliknya. Selain itu, sastra menjadikan pembacanya kaya, bukan kaya harta, tetapi kaya jiwa sebagai manusia, yakni dengan penyampaian budi pekerti agar membentuk menjadi manusia yang baik,” ungkap Widiyartono dalam sesi diskusi.

Salah satu peserta mengungkapkan kendala dalam penerbitan karyanya yang menceritakan tentang bela diri bagi anak berkebutuhan khusus karena dianggap pangsa pasar kurang menjanjikan.

Pada kesempatan itu, Dr. Heru Kurniawan menyampaikan materi “Sinkronisasi Bahasa dan Isi dalam Ilustrasi” terkait penulisan buku cerita anak, tantangan cerita anak, dan proses penerbitan buku cerita anak. Menurut Heru, buku cerita anak terdiri atas dua jenis, yaitu picture book yang didominasi oleh ilustrasi dan story book yang peran ilustrasi hanya sebagai pemanis. “Masalah pada cerita anak sebaiknya diselesaikan oleh anak dengan cara mereka sendiri,” tutur Heru.

Pada sesi diskusi kedua, Asti menanyakan tentang cara menentukan judul cerita yang menarik. “Pemilihan judul dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu dengan teknik tokoh, peristiwa, benda, metafora, dan personifikasi. Judul cerita dapat ditentukan berdasarkan sudut pandang orang tua dan sudut pandang anak,” demikian penjelasan Heru.

Bilqis, mahasiswa Undip, menanyakan cara memahami cerita anak trilingual. Heru menjawab “Tidak ada masalah penggunaan trilingual dalam cerita anak. Anak bebas memilih mana yang akan dibaca lebih dulu, bahasa Indonesia, bahasa asing, atau bahasa daerah.”

Lokakarya ditindaklanjuti dengan proses penerbitan buku cerita anak hasil Sayembara Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah 2022 yang bekerja sama dengan penulis, illustrator, dan penyunting.

Editor: Sunarti — Umi Farida


Share link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top