Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Gerakkan Kreativitas Menulis Geguritan Siswa SMP Kabupaten Rembang
Shintya
Kabupaten Rembang, balaibahasajateng.kemdikbud.go.id—Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Rembang sangat mengapresiasi upaya Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah untuk menggerakkan kreativitas menulis geguritan siswa SMP di Kabupaten Rembang. Dengan begitu, diharapkan kecintaan siswa pada bahasa dan sastra daerah juga ikut tumbuh melalui kegiatan tersebut.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Rembang, Drs. Sutrisno, M.Pd., saat membuka acara Bengkel Kreatif Berbahasa Daerah: Menulis Geguritan bagi Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Rembang.
”Kita tahu bahwa kepedulian siswa pada bahasa dan sastra daerah mulai luntur. Oleh karena itu, bengkel kreatif ini perlu dilakukan untuk mencegahnya,” ungkap Sutrisno di Aula SMP Negeri 5 Rembang, Jalan P. Diponegoro Nomor 92, Rembang, pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Sutrisno menambahkan bahwa kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bahasa dan sastra daerah perlu diselenggarakan secara berkelanjutan. Hal itu dilakukan untuk menekan laju kepunahan sebuah bahasa.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Syarifuddin, M.Hum., menyatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan Bengkel Kreatif Berbahasa Daerah merupakan wujud nyata Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam menumbuhkan minat baca dan tulis generasi muda. Pelaksanaan kegiatan tersebut sekaligus merupakan upaya Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah untuk merevitalisasi bahasa daerah.
“Jika siswa mampu didorong terus untuk kreatif menulis geguritan, akan lahir penyair-penyair tunas muda di daerah. Dengan demikian, kekhawatiran akan punahnya bahasa daerah tidak terjadi,” ujar Syarifuddin.
Bengkel Kreatif Berbahasa Daerah yang diikuti 50 siswa SMP di Kabupaten Rembang itu dilaksanakan selama dua hari, 21—22 Agustus 2024. Peserta kegiatan ini merupakan perwakilan dari 39 SMP di Kabupaten Rembang yang aktif tergabung dalam organisasi sekolah, seperti organisasi siswa intrasekolah (OSIS), Pramuka, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), kelompok pencinta alam, dan kelompok aktivis keagamaan.
Selama dua hari tersebut, siswa diajak untuk mengenal teori geguritan secara umum, teknik penulisan geguritan, dan bahasa dalam geguritan. Mereka dibimbing oleh narasumber, Rohmat Djoko Prakosa, pegiat bahasa dan sastra daerah.
Rohmat menyatakan bahwa dirinya sangat senang terlibat dalam kegiatan ini karena dapat menyadarkan siswa pada nilai-nilai adiluhung dalam karya sastra Jawa, khususnya geguritan.
”Siswa harus diberi kemerdekaan seluas-luasnya untuk menuangkan perasaan, pikiran, dan pengalaman sehari-hari dalam geguritan. Dengan begitu, karya tersebut benar-benar orisinal lahir dari siswa,” ungkapnya.
Selain Rohmat Djoko Prakoso, Duta Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Yusnami Quqotus Namia, turut mendampingi siswa untuk menulis geguritan. Setelah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan secara luring ini, para siswa masih mendapatkan dua kali bimbingan dari narasumber tersebut secara daring hingga menghasilkan karya geguritan. [tya/asa/aas]
Penyunting: Agus Sudono